image

Obesitas Perkataan



Pernah gak kita merenung dan memikirkan bagaimana gaya bicara kita pada orang lain? Adakah yang harus kita ubah? Mulai dari intonasi, pemilihan kata, dan juga penyesuaian dengan orang yang kita ajak bicara. Tak jarang, perkataan kita bikin orang lain eneg, sebel, bete. Kadang kita tuh sok tau. Meski kita gak sadar (mungkin), tapi coba deh, apakah kamu begitu rendah hati saat bicara? Kalo tinggi hati sih sering kali yaaa... meski lagi-lagi kadang gak sadar..

Contoh kasus yang paling bikin bete adalah saat kita sedang ngopy film atau sedang membuka folder film yang belum kita tonton, gak ada angin, gak ada hujan, gak ada duit tiba-tiba langsung  ada temen yang nyeletuk :
 “aku udah pernah nonton loh”
Atau
“ih, itu filmnya jelek loooh”
Atau bahkan
“aku dah punya lohhh dari seri pertama sampe seratussss”   (gilaaaakk)
(semua ada kata “loohhh” nya :D )
Kadang gue Cuma senyum sambil berkata “iya pooow?” sambil ngampet bete.
Ya, mungkin orang itu tidak sadar bahwa dengan berkata seperti itu, orang lain menjadi bete. Pasti dia bakal di-judge sebagai orang yang sok tau. Tapi, gak usah jauh-jauh deh, tengok aja diri kita sendiri. bagi yang merasa sudah rendah hati, pertahankanlah. Atau, coba diinget-inget lagi “kapan gue sering bernada pamer ke orang lain?”  bisa jadi kita justru malah sering pamer..
FYI, di Islam pun, ada adab berbicara. Dan salah satunya adalah tidak boleh berlebihan dan menyakiti perasaan orang yang kita ajak bicara. Nah, kalo udah pamer, biasanya orang lain jadi gondhok. Coba deh, misalkan kita bercerita tentang gunung-gunung di Indonesia yang udah kita jelajahi. Saat seru-serunya bercerita (dengan kata lain bernada pamer), tiba-tiba orang yang kita ajak bicara berkata
“gue juga udah pernah”
Atau
“gue udah mendaki gunung di seluruh Indonesia”
Ternyata orang yang kita ajak bicara jauh lebih “hebat” dari kita. Gondhok kan loe? Mangkanya jangan suka pamer. Itu namanya obesitas perkataan. Kalo tujuannya mau memberi tambahan pengetahuan atau informasi ke orang lain, berusahalah bernada non pamer. Berusahalah untuk tidak terkesan meremehkan orang yang kita ajak bicara. Berusahalah menyesuaikan dengan orang yang kita ajak bicara, sebab tiap orang kan berbeda-beda. Ada yang cuek, sensitif, suka iri, dan ada yang jadi pendengar yang baik. Kenapa berusaha? Setan itu pinter (tepatnya licik). Selalu ada celah untuk menjerumuskan kita ke suatu keburukan, apalagi saat bicara. Kadang keceplosan, kadang ada kebohongan, kadang menyakitkan.
 Jadi, benar sabda Rosulullah SAW :
“Lebih baik diam daripada : berbicara yang tidak baik, berbicara menyakitkan hati, berbicara yang tidak ada manfaatnya.”
Gue sih bukannya udah rendah hati, tapi ini juga merupakan “alarm” supaya gue gak pamer juga. Sekali lagi, kadang kita gak sadar kalo kita sedang pamer . . .
Jadi, saat gue diem, please deh jangan diusik. Meski diam itu (tidak selalu) emas, mendingan diem daripada kalo gue ngomong malah jadi obesitas perkataan.

Sabtu pagi di akhir tahun 2011, kala hujan rintik-rintik... (jadi nyanyi Wiiduriiii :D)

0 comments:

Post a Comment

Pages