image

O.D.O.J.


O.D.O.J

First..
Saat pertama kali denger istilah ODOJ, batinku adalah, ini singkatan yang maksa banget buat disingkat. Kamu harus memonyongkan bibir untuk mematikan huruf “j” , sok English banget. But wait, ternyata ini adalah nama sebuah gerakan. Gerakan jihad? Gerakan Skripsi? NOOOOO.

 One Day One Juz

Ekstrem, maybe.

Bayangin aja ( bayangkan nggak?! Bayangkan!! ), dalam waktu sehari, kita harus baca satu juz. Beeeeh, Remaja kampong pada ngehek nih. Biasanya kan 1 juz sehari pas Ramadhan doang, itu pun bareng-bareng di masjid. Dibacanya keroyokan lagi, nggak sendiri-sendiri.

Itu juga yang aku rasain. Karena selama ini, biar bisa konsisten tilwah 1 juz perhari itu susah. Sebab imanku masih lemah, digoda setan dikit jadi lengah ( ini bukan pantun).

Elegi Daun Kering

tidak, aku tidak bisa mengembalikan daun yg sudah gugur ke dahannya
Sudah kucoba melupakan angin yg menjatuhkan
aku ingin memaafkan kemarau yg membuatnya kering
aku bahkan tersenyum pada kaki-kaki manusia yg menginjaknya
hingga remas
tak berupa  lagi

karna ku percaya
Sang semi sedang memperhatikan
menanti tepatnya masa
di mana percikan warna warni bunga dan segarnya rerumputan
menggantikan daun gugur yang terlupakan

jadi, jangan kau pinta aku untuk memaksa daun gugur berada tetap pada pohonnya, jikalau kau dulu sengaja mengutus angin tuk menjatuhkan
kau juga yg menyuap kemarau
hingga ia datang begitu awal
dan enggan pergi, menetap lama
aku pun perlahan tau, ternyata itu punyamu
sepasang sepatu yang sengaja mengenyahkan daun yang gugur.





        Terima kasih untuk semuanya yaa.. :)

An Evolution Makes A Passion


What’s your passion?

It’s a common question right now, when we’re at the age of “ looking for a job” or “create a job.”

Because, sometimes we find a quote at motivation’s books, articles, TV programs, even radio show about this one:
“ suit your passion “

So, when we look for a job, we need to choose a job which is suitable with our own passion.
Sounds comfortable, yeah, because we can work happily. Even if there’s a forcement, we still keep cool cause we love what we do.

But what if, you can find your passion after we do nothing but uninteresting, even we finally find it unawares.
I did. And it happened everytime when I almost gave up, or felt desperate with my life.
3 things, for examples, the hateful things before, but now these become my passions.
1.       Writing
I didn’t like writing. Write something formal, rigid, with  perfect grammar, and boring such as opinions, essay, report analysis, and soon. Even when I was at the high school, I hate wrote practicum’s analysis although I was one of Sains’ class students. For me, writing whatever like those really aren’t interesting at all. I prefer read novels than newspapers. Prefer watch movies than news.
 But I’d like to make poetries and short stories. Because both of them need full imaginations, and we can create something unusual on it. I do love fiction. Harry Potter? Trio Detective? Sherlock Holmes? Others fiction genre are my favorites either.

An Evolution Makes A Passion


What’s your passion?

It’s a common question right now, when we’re at the age of “ looking for a job” or “create a job.”

Because, sometimes we find a quote at motivation’s books, articles, TV programs, even radio show about this one:
“ suit your passion “

So, when we look for a job, we need to choose a job which is suitable with our own passion.
Sounds comfortable, yeah, because we can work happily. Even if there’s a forcement, we still keep cool cause we love what we do.

But what if, you can find your passion after we do nothing but uninteresting, even we finally find it unawares.
I did. And it happened everytime when I almost gave up, or felt desperate with my life.
3 things, for examples, the hateful things before, but now these become my passions.
1.       Writing
I didn’t like writing. Write something formal, rigid, with  perfect grammar, and boring such as opinions, essay, report analysis, and soon. Even when I was at the high school, I hate wrote practicum’s analysis although I was one of Sains’ class students. For me, writing whatever like those really aren’t interesting at all. I prefer read novels than newspapers. Prefer watch movies than news.
 But I’d like to make poetries and short stories. Because both of them need full imaginations, and we can create something unusual on it. I do love fiction. Harry Potter? Trio Detective? Sherlock Holmes? Others fiction genre are my favorites either.

Camping-camping eds. Pantai Watu Kodok, Gunung Kidul


“ bersenang-senanglah, karna hari ini akan kita rindukan, di hari nanti, sebuah kisah klasik untuk masa depan… bersenang-senanglah karna waktu ini akan kita banggakan, di hari tua…”
( SO 7, Sebuah Kisah Klasik )



Yoyoyo, pekan kemaren adalah pekan yang pecah to pecah to pecaaaah banget, karena aku ditinggal nikah, hiks, oleh sepupu :p yang lebih pecah  lagi, aku dan temen-temen sekelas….. camping-camping meeeen.

Tanggal 11-12 Juni 2014 adalah salah dua hari bersejarah sepanjang aku bersama dengan mereka, saudara saudari kenthel kayak umbel. Setelah beberapa waktu kita disibukkan oleh ehm uhuhuuk hoekkk skripsi, begitu dia disebut, akhirnya kita bisa ngumpul lagi. Masih agak nyesek karena beberapa temen nggak bisa hadir. Because karena sebab, bisa jadi ini adalah camping terakhir sebelum kelulusan. Jiaaaah, lulus kapan loe emangnya? Ha.ha.ha. ( flat laugh, bitter ).

Destinasi per-camping-an kita adalah di sebuah pantai bernama “ Watu Kodok “ (  java.red ) yang berarti Batu Kodok. Maybe, kalo batunya dicium bisa berubah jadi pangeran. Oke fix (Gaya Dodi). Disebut Pantai Kodok karena tebing yang ada di sebelah kanan (yang membatasi Pantai Watu Kodok dengan Pantai Sepanjang) mirip kayak kodok. Katanya sih gitu guys, tapi imajinasiku tak sampai, sehingga tebing itu tak berbentuk kodok sama sekali . Ah sudah, lupakan, ini nggak bakalan diujikan pas sidang *pffffahhh.

Pantai ini terletak di daerah Kabupaten South Mount heleeeh, Gunung Kidul maksudnya. Awalnya sih, aku dan beberapa temen nggak tau mau ke pantai mana, yang penting, cabut bareng-bareng. Asal  sama-sama, go with the flow aja dah, mau ke ujung dunia mah ayok aja ( emang dunia punya ujung? )

5 days before.. D-5
Aku resah, gelisah, gundah, terus asah-asah. Aku berangkat ama siapa ya. Lutfi nggak ikut. Trus gue nebeng siapa??? (tukang nebeng, ketauan banget). Mau naek motor sendiri, masih takut gegara tragedi ngguling di jalan raya sampe-sampe Si Reddy,  motor ku, sekarang berubah jadi setengah FU. Makin macho. Ujung-ujungnya ntar nebeng cowok nih. Duh maaaas.. aku kudu piye? (ngomong ama jodoh di masa depan)

Setelah mendengarkan lagunya Abang Maher Zain “ In Syaa Allah, you’ll find the wayyyyy…” akhirnya aku mantapkan jiwa ragaku untuk naik motor sendiri dan menemani ABG ( Alay Berjilbab Gedhe) Zii, begitu dia dipanggil, alay emang, biarin. Intinya, aku jadi sopirnya die gitu. Terima kasih Pencipta Semesta, pasti ada jalan biar bisa boncengan ama cewek ( insyaf mode ON ), meskipun bukan jadi pembonceng. Challenge accepted !

1 day before.. D-1
“ Ji, besok boncengnya mlangkah ya (kebanyakan akhwat pada miring kalo bonceng. Tapi, ini Gunung Kidul men, belom lagi jalan menuju pantai yang menurut firasatku bakalan agak sedikit terlalu off road), pakai rangkepan celana panjang, trus bensin iuran berdua ya, bokek.com :D”

Begitu sms singkat di siang hari yang kutujukan kepada eyang Zii sambil ngelapin si Pinky, motor matic pink yang akan menemani daku sepanjang perjalanan ke Gunung Kidul yang awesome, plus bikin aku berasa cewek abis. Pink bro, piiiink.

Day-D… Hari H
Packing masih belum selesai, nyari kaos kaki nggak ada pasangannya, kanan semua, Duh Gusti. Sebenernya, packing ku selaku peserta sangat simple.  Cuma bawa perlengkapan pribadi, coklat nomor satu yang dibawa. Sedangkan Ana dan Riskek CS, bawa dome (tenda berbentuk setengah lingkarang.red ), SB ( sleeping bag, bukan skripsi bag please ), tiker, nesting, dan kebutuhan untuk bebakaran seperti arang, jagung, dan daging ayam. Kasian kan. Tapi, ini sumpah berasa banget campingnya pake acara bebakaran. Ditambah pasti ada acara gitaran, cihuyyy, gue udah girang aje padahal masih di rumah.

Setelah jemput Zii jam 9, ternyata kita berangkat jam 11 dari kampus. Asik kan molornya. Sebenernya, kita dibagi 2 kelompok. Kelompok pagi (katanya disuruh) kumpul jam 9 dan ternyate berangkat jam 11, sedangkan kelompok siang (katanya disuruh)  kumpul jam 11 tapi berangkat jam setengah 2-an. Ini semua gara-gara Dodi yang udah nyampe kampus terus tiba-tiba pulang gegara musti kirim barang ke J*E (maklum, pengusaha OL Shop). Camping tahun sebelumnya pun, kita menunggu Dodi yang telat dengan dalih “lahiran”. GJ banget, siapa yang nglairin? Pipinya ? wkwkwk. Untungnya gegara bolak balik Kota Gede(jemput Pitty)- pasar (beli krupuk rambak)-kampus-Gamping-J*E-Kampus itu  pipinya nggak kempes.

On the road..
Perjalanan pun dimulai, dan aku baru sadar bahwa aku adalah satu-satunya sopir cewek alias yang nyetir. Yang lain pada couple-an cowok cewek. So, mau nggak mau dan  sebenernya nggak mau, diriku yang lemah lembut ini harus mengimbangi kecepatan naik motor para lelaki geografi itu. Sangar. Aku harus bisa menyeimbangkan kecepatan motorku dengan pembalap seperti Aa’ Gigon (yang hari itu tutup lapak burjonannya), Dek Rizqon (yang lagi UKK tapi malah ikut camping, duh deeek, mau naik kelas 6 SD lho :3 ), Erwin, Huda ( Si…. Ehmmm, nggak enak nyebutnya, nanti dia marah :v ), Rizkek ( Jebraw jadi-jadian), Dimas ( Si Penglaju dari Kali Putih Magelang ), dan sapa lagi aku lupa. Oiya, Si Ipul. Sorry, lupa, sengaja *ditoyor pake revisian*
Perjalanan meminum waktu sekitar 1,5 jam dari kampus hingga ke Tepus alias rumahnya Hanafi.

Tipe-tipe Mengerjakan Skripsi Berdasarkan Golongan Darah



Ciyeee yang masih ngerjain skripsi, padahal yang laen udah pada mau selesai ciyee. Iya, kamu.
*menatap kaca dengan imut*

Well, ternyata tiap mahasiswa punya prototype yang variatif dalam ngerjain skripsi, dan hal ini dipengaruhi oleh perbedaan golongan darah.



Dulu, aku pernah share blog yang isinya meme golongan darah kayak gini dan beberapa temanku sih bilangnya….
A:  “aku nggak kayak gitu kok, nggak terlalu perfeksionis, salah nih” 
O: “ aku bukan golongan darah B tapi juga sering males dan nggak on time”
AB: “ AB tuh nggak aneh yo, iiih ngasal”
dan sebagainya sampai  mereka capek sendiri
Aku: “……. ……………..Ini aku banget. Itu juga. Ya ampun aku bingiiiit. Duh, mirip aku”

Masa’ Cuma aku sebagai salah satu manusia bergolongan darah B yang menyetujui semua hal di meme ini bahwa sifat-sifat golongan darah B ……………………. sangat mirip denganku -_-

Nah, apakah kalian seperti ini kalo ngerjain skripsi?

Golongan Darah A


Mereka terkenal dengan sifat perfeksionis dan kehati-hatian yang kadang nyebelin. Nyebelin di mata golongan darah B yang punya sifat “ why so serious? “. Bisa jadi, pemilik golongan darah A ini kalo ngerjain skripsi bener-bener harus sempurna. Setiap bikin satu paragraf, berhenti dulu, dikoreksi, matanya melototin layar, nggak boleh kedip (saking takutnya kalo kedip ntar paragrafnya  ilang), view windownya di-zoom-in sampai 400 % (dikoreksinya per huruf), baru lanjut ngerjain lagi. Dan akhirnya lupa nggak di-save. Ciyan deh.

A Little Story at Gombong




Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu diberikan waktu oleh Alloh untuk menikmati perjalanan ke luar jogja lagi (yeaaaay ^^). Kali ini, tujuan ku adalah Benteng Van Der Wijck di Gombong, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah. Sebenernya, aku males ikut, karena aku disuruh menggantikan Ibuku menjadi wali murid my lil’ bro Faris dalam acara piknik keluarga Ibnu Abbas Se-DIY kayaknya. Ibu bekerja menjadi guru dimana Faris bersekolah. So, Ibu jadi panitia. Sedangkan Bapak tidak dapat menemani karena Hari Ahad adalah Hari Bermasyarakat bagi beliau (maklum PNS). Adikku yang satunya masih betah di asrama. Intinya, Cuma aku yang tersisa.
Berangkat dari rumah pukul setengah 6, kumpul di Ibnu Abbas Beluran. Ananging, semruput-mruputnya kami datang, bis-bis datang pukul 7 lebih. Oke, fine. Btw, total bis ada 64. Kami menjajah Kebumen. 
Lautan manusia, memenuhi jalan sepanjang Dusun Beluran (menunggu kedatangan bis)


Selama perjalanan aku dapet kenalan bernama Mbak Isti yang kebetulan adalah kakaknya temennya Ibuku (ribet yes). Mbak Isti ikut piknik dengan anaknya. Aku kira adiknya, karena beliau serasa masih berumur 25 tahunan, gayanya trendy layaknya anak muda ( celana dan jaket jeans) tapi anaknya udah berumur 9 tahun -__-“ #iri. Sedangkan aku, selama perjalanan dipanggil dengan “Bu”. Semua terjadi gegara Ibu menyuruhku memakai gamis&sneakers ala emak-emak mau ke resepsi, di kala aku sudah siap dengan mengenakan kaos lengan panjang, rok, dan sandal gunung Rey-ku tersayang. Image geografiku pun lenyap.
Sepanjang perjalanan di bus, nggak usah diceritakan ya, kerjaanku Cuma satu, tidur.
Finally, kami sampai di lokasi. Di luar benteng alias sebelum menuju pintu masuk benteng, terdapat beberapa kamar-kamar hotel di sebelah kiri, ruang-ruang rapat di kanan jalan, auditorium, kantin, mushola, wahana bom-bom car, toilet, dan waterpark.  
Adek gue paling kecil Si Pemilik Ketetapan Hati yang Cerdas ( Azmi Al-Farisi )


Prilta, Faris, Me

Berikut adalah beberapa spot rekreasi yang aku kunjungi :

Orang-Orang Netral




Perkenalkan, salah dua orang sahabatku, Teteh dan Pepen. Kami bertemu saat dulu masih jamannya OSPEK Fakultas. Saat itu, kami merupakan anggota dari kubu ke dua di grup ospek kami. Perlu diketahui, ada kubu eksklusif, kubu netral, dan kubu cupu. Dan ya, kami adalah kubu netral. Kubu eksklusif terdiri dari maba-maba yang sok-sokan paling gahoool, paling keren, banyak ngomong, fashionable, dan selalu baris paling depan. Mereka menjauhi kubu cupu. Hanya beberapa dari mereka yang mau bermain dengan kami kubu netral, salah satunya Nunung. Meski sudah lewat masa OSPEK, Nunung masih ramah dengan kami. Kubu eksklusif selalu memonopoli dalam hal yel-yel dan penunjukkan perwakilan untuk lomba debat antar grup, sedangkan kami kubu netral dan cupu cuma bisa manut dan males –malesan mengikuti semua hal dalam OSPEK gara-gara kubu eksklusif yang belagu .__.

Terbentuknya tiga kubu OSPEK hanya masalah kehadiran. Iya, kehadiran. Kubu eksklusif kebanyakan adalah mahasiswa SM UNY (Seleksi Mandiri) I, kubu netral adalah mahasiswa SNMPTN, dan kubu cupu adalah mahasiswa D3 yang ikut SM UNY II. So, ketika ada perkumpulan OSPEK, kubu cupu adalah yang terakhir mengikuti pertemuan, paling nggak update, dan paling bengong, plus nggak digubris ama kubu eksklusif, it’s like the last is the losers, mungkin itu prinsip kubu eksklusif.

Ah sudah lah membahas mereka, semoga amal ibadah mereka diterima

Nah, kubu netral yang masih sering nongkrong dan ketemuan hanya aku, Teteh, dan Pepen. Hampir tiap sebulan sekali kami makan bareng. Kalo ada yang ultah pasti nraktir ( berhubung Cuma 3 orang jadi nggak masalah kalo nraktir *paket hemat* ). Pada pertemuan kesekian kalinya, beberapa hari yang lalu, kami memilih tempat nongkrong di Raminten, Selatan Puskot Jogja. Kali ini, yang nraktir Pepen. Setelah beberapa kali gagal nongkrong gegara dosen pembimbing skripsi yang nggak tentu kedatangannya, finally we can hang out.

Apa guna kau kuliah di Geografi, Kik ?!


Lagi-lagi sempet macet nge-blog
maaf para fansku.. 
tapi aku masih aktif nulis kok,
iya, skripsi, makasih, sssst -_-

well, bentar lagi aku lulus ( doakan Agustus dah wisuda ya :3 )
kadang merenung, selama ini aku belajar geografi, tapi masih sedikit ilmu yang aku bagikan

aku Cuma bisa mengupayakan di mana pun berada, selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang aku dapet, minimal dengan nggak buang sampah sembarangan

kemaren Alhamdulillah kesampaian juga ngadain kajian tentang Mitigasi Bencana buat anak-anak SMA, plus kaitan Mitigasi Bencana dengan Al-Qur’an ( In Syaa Alloh di postingan selanjutnya ).

kadang pas ngisi mentoring dan kumpul bareng temen-temen pelajar, atau saat ngobrol dengan temen-temen non geografi,  aku selipkan beberapa ilmu geografi, kayak terjadinya hujan dan bumi ini yang ternyata udah ada di Al-Qur’an jauuuuuh sebelum peneliti mengetahuinya.

ah… tapi, masih belum cukup

Dan masih ada yang mengganjal

selama ini aku hidup di lingkungan geografi, tapi aku merasakan kebutaan

Iya, buta

Kami tau proses pembentukan gunung, terjadinya tsunami, bagaimana matahari bisa bersinar, bagaimana semesta alam ini bisa tercipta, bahkan geographer bisa “meramalkan” kejadian di “masa depan” dan mengetahui apa saja yang terjadi di masa lalu dengan ciri-ciri di alam,  tapi kadang kami buta

Pages

 

Lorem ipsum

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Donec libero. Suspendisse bibendum. Cras id urna. Morbi tincidunt, orci ac convallis aliquam, lectus turpis varius lorem, eu posuere nunc justo tempus leo. Donec mattis, purus nec placerat bibendum, dui pede condimentum odio, ac blandit ante orci ut diam.