Bulan Juli yang lalu, gue, weni, sama ipung, alhamdulillah diberi kesempatan oleh Alloh SWT buat berangkat ke Bali. What for? Buat presentasi karya tulis yang atas ijinNya bisa masuk 4 besar Nasional.
Nah, beberapa hari terakhir ini, ternyata foto kami bertiga dipampang di baliho gedhe di depan rektorat kampus. Itu tanpa sepengetahuan kami. Gue juga Cuma dikasih tau sama Janu, adek kelas (adek kelas? High school banget :p)
Saat gue sama Weni mau liet foto itu, kebetulan ada Lutfi sama Muji yang mau ngikut. Mereka berdua heran, gue sama Weni mau ngapain. Gue bilang aja “Kita mau ke tempat yang indah. Indah buat gue sama Weni doank. Buat kalian mungkin malah bikin eneg.” Hohoho.
Awalnya sih, gue kira foto kami Cuma ditempel di papan pengumuman yang isinya foto-foto tapi kecil-kecil gitu. Ternyata.. unbelievable. Meskipun ada salah penulisan nama dan tempat lomba, (Rizky jadi Rizki; Bali jadi Bandung, jauh cuy) tapi kami tetep seneng. Bukan buat pamer, nyatanya kami bertiga tidak pernah bilang ke siapapun kalo foto kami dipajang. Yaa, kalo sekarang sih udah pada banyak yang tau gara-gara lewat depan rektorat. Tapi, sekali lagi, itu bukan kehendak kami. Tau-tau ada foto kami bertiga di samping beberapa mahasiswa berprestasi lainnya.
Seneng sih, tapi masih nyesek. Alhamdulillah, gak ada rasa sombong sedikitpun di hati kami karena lomba itu memang benar-benar mutlak bantuan Alloh semata. Beda lho sombong dan bangga. Kita bertiga pastinya bangga. Bangga karena ternyata anak ingusan seperti kami mampu memberikan solusi bagi permasalahan di masyarakat. bangga karena latihan perdana kami menulis karya tulis, langsung bisa jadi juara.
Mungkin, beberapa orang hanya menganggap foto kami ya sekedar foto. Tapi bagi gue sama Weni (gue yakin ipung punya pendapat sendiri), it’s more than a picture. It’s a memory of hard worked, togetherness, played along, brave, deep thinked, and many more...
Gambar itu merupakan bukti, bahwa semua orang bisa menuliskan gagasannya melalui karya apapun. Meski masih amatir, meski masih minder, meski masih perlu banyak belajar, dan meski banyak orang yang meragukan. Dan kami telah membuktikannya. Kerja keras kami yang semula jika orang tau kami sedang mengerjakan karya tulis ya hanya dianggap angin lalu. Tapi, saat kami bisa masuk tahapan Nasional, semua bertanya-tanya ingin tau, kok bisa? Bisa, karena kami punya Tuhan. Karena kami punya mimpi. Karena kami punya semangat dan tekad bahwa kami ingin mengimplementasikan ilmu yang kami peroleh sekaligus bukti kami sebagai salah satu kalifah di bumi ini. Kami ingin membuktikan, bahwa lewat geografi, ilmu yang selama ini dianggap remeh, kami bisa memberikan solusi di berbagai permasalahan dan di berbagai bidang. Geografi itu luas. Apapun yang ada di bumi ini, dibahas di dalamnya. Dan dengan geografi pula, gue yakin, Alloh sengaja memilihkan jalan ini supaya gue bisa jadi orang yang lebih bermanfaat J
Gue, Weni, dan temen-temen lainnya, alhamdulillah masih bisa merasakan “setruman” motivasi untuk berkarya lagi. Lebih baik lagi. Mungkin ada temen-temen gue yang fotonya pengen dipajang juga. Yang jelas, orientasi gue bukan foto, bukan popularitas, tapi ibadah. Ya, apapun, asal niat kita untuk ibadah, bukankah akan tercatat sebagai ibadah pula? Lillahi ta’ala. Cukup satu kalimat itu saja yang membuat segala percabangan niat ini menyatu kembali membentuk goresan lurus menuju nikmat yang tiada bandingannya,
ridho-Nya J
0 comments:
Post a Comment