image

I AM WHO I AM (part 2) menjadi seperti aku saja

Aku memang bersyukur telah dijerumuskan ke jalan ini. Aku pun berterima kasih kepada orang-orang yang telah menggiringku ke sini. Namun aku tak bisa menjadi seperti mereka. 

Aku masih tetap aku. Aku yang masih suka pakai celana gunung, masih senang karate, bergaul dengan siapapun yang aku suka, masih senang dengan lagu-lagu barat, dan banyak hal lain yang kuanggap sangat kontras dengan mereka. Karena aku sadar, aku ingin berubah bukan karena mereka, tapi karena keyakinan dan kemantapan hatiku sendiri. Aku suka nasyid sudah dari dulu, bukan karena mereka. Aku pakai jilbab juga sudah lama, bukan karena mereka pula. Meski banyak orang menganggap aku seperti itu karena bergaul dengan mereka.


Tapi, berubah untuk menjadi lebih baik tak ada salahnya. Hanya saja, aku ingin memperbaiki diri karena Allah semata saja. Mereka memang memberiku stimulus untuk seperti mereka, namun aku takut jika stimulus itu justru akan cepat hilang karena aku berubah hanya karena stimulus itu saja. Jika kelak aku tak lagi bersama mereka, aku akan kembali seperti semula. Stimulus perubahan hanya kan bertahan jika aku tetap bersama mereka. Padahal aku tak tau apakah aku masih bisa tetap bersama mereka dalam waktu yang lama. Aku tetap akan selalu aku dan bukan orang lain.

Aku tetaplah aku. Anak yang masih terobsesi membanggakan orang tua. Menjadi sosok kakak yang bisa jadi panutan kedua adik laki-lakiku. Masih tetap memprioritaskan kuliah. Karena aku tau betapa susahnya orang tuaku membiayai aku dan adik-adikku sekolah. Mereka rela hidup sederhana asal semua anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya. Mereka tak mengejarkebahagiaan dunia untuk diri mereka sendiri, tapi demi semua buah hatinya mereka rela mengorbankan apa saja bagi kami. Itulah mengapa aku tak mau kuliahku terganggu. Meski aku tau akan ada halangan yang harus kulalui.

Aku juga Belum bisa fokus atas semua amanah. Karena beberapa dari amanah itu memang tak ku minta. Namun bukan berarti aku mengabaikannya. Tapi membuat orang tuaku merasa bangga padaku adalah sesuatu yang tiada tandingannya di dunia. Aku bisa membuat mereka tersenyum bahagia, membuat mereka tidak malu punya anak seperti aku. Karena aku terlampau sering mengecewakan mereka padahal aku tak pernah bermaksud seperti itu.

Aku tetaplah aku. Aku tak mau mengerjakan ini itu hanya karena mereka ingin aku mengerjakannya. Jika orang tuaku sedang membutuhkanku, maaf jika aku meninggalkan amanahku untuk sementara. Karena bagiku, bapak dan ibu adalah ciptaan terindah yang Allah beri bagiku. Aku tak ingin membuat mereka sedih, marah, kecewa, sakit dan terluka. Aku ingin terus ada saat mereka membutuhkanku.
Itulah aku dan aku adalah aku. Itulah aku saat ini dan beberapa waktu yang lalu.

0 comments:

Post a Comment

Pages