image

Be A Photographer Journalistm


oleh : Rizky Oktaviani
dimuat di Koran Tribun Jogja, Rubrik Citizen Journalism 
tanggal 29 Juni 2012, halaman 1 (bersambung ke halaman 7)

Sembada Cendekia (Organisasi Pengembangan Potensi Remaja Pelajar Sleman Barat) menggelar acara Sarasehan Fotografi Pelajar Sleman pada hari Minggu (17/06/2012) kemarin. Kegiatan tersebut bertempat di Ruang Pendopo, Kantor Kecamatan Godean, Sleman. Acara ini tidak hanya dihadiri oleh siswa-siswi SMA dari Kabupaten Sleman saja, akan tetapi juga beberapa siswa dari SMA dari Kabupaten Bantul seperti SMA N Sedayu.  
Acara tersebut diadakan dengan tujuan mengembangkan potensi para pelajar di Sleman terkait bidang fotografi dan jurnalistik. “Harapannya, para pelajar mampu menggunakan media (kamera dan handphone) yang mereka miliki agar bermanfaat bagi masyarakat dan juga untuk melatih para pelajar tersebut menjadi seorang jurnalis,” kata Wahid Hariyadi selaku Ketua Bidang PPRP (Pengembangan Potensi Remaja Pelajar) Sembada Cendekia.
Kegiatan kali ini juga mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai seluk beluk fotografi untuk kepentingan jurnalistik. Beberapa teknik dalam fotografi pun diajarkan terutama mengenai pengambilan gambar yang baik dengan teknik EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time) dan foto situasioanal terkait peristiwa aktual yang menarik khalayak umum. Sehingga, para pelajar mampu untuk mengembangkan minat bakat mereka di bidang fotografi sekaligus jurnalistik. “Di era global yang serba cepat, persaingan antara media massa, cetak, dan elektronik, ialah berlomba untuk merebut perhatian masyarakat. Visualisasi merupakan pilihan utama untuk menarik perhatian. Orang cenderung lebih suka mendengar dan melihat daripada membaca tulisan. Gambar atau foto dapat bicara. Sehingga, hanya dengan sebuah foto kita dapat menunjukkan maksud yang ingin kita sampaikan kepada masyarakat,” kata Iswahyudi selaku pembicara pada acara Sarasehan Fotografi Pelajar Sleman sekaligus sebagai salah satu pengurus komunitas fotografi di Yogyakarta.

Selain itu, para peserta juga diajak untuk mengaplikasikan teknik yang diajarkan melalui kamera masing-masing peserta. Hasil foto tersebut ditampilkan dan mendapat berbagai masukan dari pembicara agar karya para peserta selanjutnya semakin baik. Para peserta pun sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut. “Acaranya seru. Saya jadi tahu mengenai teknik pengambilan foto yang bagus. Apalagi digabungkan dengan jurnalistik. Sangat bermanfaat bagi para pelajar seperti saya yang ingin menjadi seorang jurnalis,” ujar Annisa Zuhriyati, salah seorang peserta dari SMA N 1 Godean.

                                                                                                            Rizky Oktaviani
                                                                        Staff Bidang Media Sembada Cendekia




10 comments:

Anonymous said...

EDFAT itu bukan teknik fotografi jurnalisme. EDFAT itu tips di lapangan. Tdk selalu bs diterapkan. Hanya alat bantu. Dlm liputan tdk selalu harus memotret dgn rumusan EDFAT. Tergantung memotret apa. Yg utama dlm foto jurnalisme adalah pemahaman NILAI LAYAK BERITA (sebagai dasar jurnalisme) lalu mengerti kategori2 dlm foto jurnalisme seperti spotnews (kejadian tak terduga), general news (aktivitas, agenda yg terjadwal mis: kirab, pawai, etc), natural and environment, art and performance, sport, portraiture. Tips EDFAT sangat membantu untuk mempercepat pengamatan saat berada di lokasi tetapi fotografer tetap harus tau dia sdang memotret apa, siapa, di mana (3 W). Untuk bagaimana dan kenapa (1 W+1H) utk pembuatan foto dengan metode esai.

Akhwat Banyol said...

nah, ini dia komen yang bermutu..
ooooh gitu toh. kan aku cuma nulis apa yg disampaikan pemateri mas. makasih deh udah dibenerin.
Dapet ilmu lagi :D

Anonymous said...

Hal semacam ini udah lama menjadi kegelisahan Gw ama beberapa mentor di ANTARA dan lainnya. Pemahaman soal jurna,isme msh ok ttp seringkali lupa ttg NILAI LAYAK BERITA. Banyak yg gagap memisahkan mana kategori (spot, general etc) dgn jenis foto nonfiksi lainnya(jurnalisme, dokumenter, tutorial, company profile, etc). bahkan nggak bs bedakan antara jurnalisme dengan propaganda dan junk jurnalism (infotainment). Lebih gagap lg ketika membicarakan foto jurnalisme. Kl loe sadari, gw selalu menggunakan frase "jurnalisme". Bukan jurnalistik. Krn keduanya memang beda. Dr sejarah maupun proses.

Akhwat Banyol said...

"jurnalisme dg propaganda? " contohnya ??
maka-nya besok jadi pembicara buat foto jurnalisme dong mas, biar pada paham gitu lho.. hehe

eh, emang bedanya jurnalistik ama jurnalisme apaan mas? aku coba googling cuma nemu dikit nih referensinya.

Anonymous said...

Bikin dunk workshop photojournalism yg serius dan kpmprehensif.

Akhwat Banyol said...

insya alloh.. tapi, kalo buat anak SMA terlalu berat nggak ya mas?

Anonymous said...

Nggak. Waktu gw sms gw udah ikut pelatihan jurnalisme tp materi foto nggak ada. Kl sekarang, materi fotojurnalisme bs lgs aplikasi via citizen journalism. Tinggal skill-nya yg diperbaiki dan pemahaman yg benar dan lengkap. Materi foto, itu selain teknis fotonya yg sering lup itu teknik caption foto terutma digital photo (data EXIFF) dan editing foto. Juga selain single photo ada materi photo story (yg menggunakan lebih dr satu foto utk bercerita). Masing2 memiliki keunikan dan kekuatan. Btw, apa yg menghalangi bikin workshop utk mahasiswa. Ajak aja temen2 kampusmu, ukm di kampusmu juga bs khan?

Akhwat Banyol said...

sms yang mana??

bukan menghalangi sih. masalahnya aku udah nggak ikut organisasi apapun di kampus sekarang, fokus ke anak2 SMA biar tambah unyu. Mungkin bisa jadi proker temen2 ku yg masih ikut organisasi di kampus deh. Kalo buat anak SMA, materi yg bisa buat workshop fotografi apalagi ya mas?

Anonymous said...

SMA maksudnya. Salah ketik, maklum, lg nyoba make highheel.
Banyak yg bs. Temanya disesuaikan aja. Misal khusus utk digital darkroom: coloring, retouching etc. Aplikasinya bs untuk majalah dinding atau majalah kampus (kl kuliah). Tema yg juga aplikatif misalnya travel photography (smart travel), selain cara cerdas backpacker-an, teknis foto travel, juga bs utk eksistensi misal upload tulisan+foto di majalah online seperti detik.com/travel etc. Kl gw lebih tertarik workshop yg komitmen peserta dgn sistem berkelanjutan misal tiap sabtu-minggu selama sebulan materi multimedia kreatif (penulisan, foto, video, desain). Outputnya berupa CD magazine atau majalah digital (pdf format). Betul2 diajari teknis hingga pola kerja dengan karya yg terintegrasi satu sama lain

Akhwat Banyol said...

laki-laki macam apa nyoba pake high heel, weekkk

wah, bisa tuh buat komunitas fotografi pelajar. kan kalo udah komunitas, lebih rutin pertemuannya, jadi gampang kalo mau ngasih materi berkelanjutan.
oke deh, mas alvein siap jadi tentor. deal
lalalala...

eh, tapi, berarti yg komunitas kepenulisan bisa ikut workhsopnya juga dong
*sipdeh*

Post a Comment

Pages