image

I AM WHO I AM (PART 1) SAAT KENYATAAN TAK SEJALAN DENGAN HARAPAN

Pernahkah impian anda tidak terwujud?
Ingin masuk ke PTN tapi tidak diterima?
Merasa salah masuk jurusan di Perguruan Tinggi?
Pengen punya laptop atau hape canggih tapi belum kesampean?
Ikut lomba tapi sering kalah?



Ternyata banyak hal yang kita harapkan namun kita belum bisa mewujudkannya. Lalu apa yang salah dengan dengan kita?

Coba kita flash back ke diri kita masing-masing, apakah ikhtiar kita sudah cukup? Kerja keras, belajar dengan tekun, tidak malas-malasan, puasa sunnah, Sudahkah? Jika jawaban anda “sudah”, mari kita lihat ke diri kita lagi. Sudahkah kita berdoa dengan sungguh-sungguh? Rajin tahajud, tilawah, Dhuha, dzikir, sedekah.

Sudahkah?

Mungkin sampai di pertanyaan ini, beberapa orang akan menjawab “belum”. Bagi yang menjawab “sudah”, ada satu hal lagi yang perlu kita lakukan. Berserah diri pada Allah. Sudah? Sudahkah kita menyerahkan segala hasil pada Allah semata?

Atau masih terbesit kesombongan bahwa yang menyebabkan kita berhasil adalah diri kita sendiri?

Jika kita menginginkan sesuatu atau beberapa hal, kita memang wajib berusaha keras untuk mendapatkannya. Berdoa pun menjadi sangat penting karena doa merupakan charger kita, penyemangat kita dalam berusaha.

Di saat kita berdoa, kita dapat meluapkan segala keinginan kita pada Yang Maha Kuasa.

Sadarkah anda, bahwa dengan berdoa kita menanamkan rasa yakin bahwa kita bisa-dengan ijin Allah tentu saja- mencapai segala impian yang kita harapkan. Setelah berdoa pun hati kita menjadi lebih tenang, langkah kita menjadi lebih mantap. Karena apa? Karena kita yakin, Allah pasti akan membantu kita. Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Pemurah, Maha Pemberi, Maha dari segala Maha. Allah memback up kita dalam mewujudkan segala harapan. Lalu, serahkan segala hasil pada Allah semata. Kita manusia hanya bisa berusaha, berdoa dan berencana. Namun segala ketetapan, ada di tangan-Nya. Kita tidak bisa memaksakan suatu keinginan agar bisa terwujud, jika Sang Illahi tidak meridhoinya.

Terkadang, saat Allah memberikan kita sesuatu yang lain dari apa yang kita inginkan, kita menganggap itu adalah KEGAGALAN. Tak sedikit pula yang putus asa. Merasa bahwa Allah tidak sayang pada mereka. Menganggap bahwa Allah tidak adil, dan sebagainya. Bahkan ada pula yang menjadi minder dan takut untuk kemudian bangkit kembali dan terus mencoba dan berusaha.

Trial and error. Seolah-olah itu sudah hukum alam. Tidak mungkin seseorang selalu bisa mewujudkan semua keinginan dan impiannya. Ada saatnya ujian itu datang menghampiri. Yang kita sebut “kegagalan” dan “keberhasilan”, kedua-duanya adalah ujian. Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana mungkin suatu keberhasilan dianggap sebagai ujian?

Oke, mari kita lihat contoh berikut ini. Saya ingin masuk Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di suatu PTN. Saya pun menargetkan bahwa Saya bisa masuk ke jurusan tersebut. Dalam tes SNMPTN, mau tidak mau Saya harus lewat jalur IPS atau IPC. Padahal di SMA, Saya masuk di jurusan IPA. Saya pun memutuskan untuk mengambil jalur IPS karena Saya merasa bahwa Saya bisa lebih fokus dalam belajar. Hanya pelajaran IPS saja. (IPC= IPA dan IPS).

Setelah itu, Saya harus menetapkan pilihan jurusan pertama dan kedua. Pilihan pertama tentu saja Pendidikan Bahasa Inggris. Di pilihan kedua, Saya sempat ragu. Akan masuk jurusan apa Saya? Saya tidak begitu menyukai pelajaran IPS. Karena saat bimbel Saya belajar geografi, dan ternyata pelajaran itu menyenangkan, Saya pun memutuskan untuk masuk ke Pendidikan Geografi di pilihan kedua. Sebelum tes tiba, Saya sudah berusaha keras belajar, rajin datang ke bimbel, berdoa, rajin Dhuha, tilawah, sedekah, dan tahajud. Saya berusaha maksimal agar bisa mencapai target pilihan pertama.

Namun, saat pengumuman tiba, Saya masuk di pilihan kedua, Pendidikan Geografi. Padahal saya sangat menginginkan masuk ke pendidikan Bahasa Inggris. Apa daya, saya pun pasrah menerimanya. Dan pada akhirnya, saya pun menjadi mahasiswa Pendidikan Geografi sampai sekarang. Saya anggap itu adalah ujian.

Awalnya memang saya merasa itu suatu kegagalan, karena banyak teman saya yang masuk jurusan yang tidak terlalu melenceng dari jurusannya waktu di SMA. Namun, saya sadar bahwa inilah jalan yang sudah ditentukan oleh Allah. Saya pun mencoba untuk ikhlas. Toh kalau saya tidak betah, tahun depan masih ada tes SNMPTN lagi.

Ujian ternyata tidak hanya sampai disitu. Cemooh orang lain ternyata mengganggu keikhlasan saya. Banyak orang meng-understimate Geografi. Ada juga yang berkata pada saya-yang menohok hati saya- bahwa saya “nyasar’. Dari tatapan mata dan raut wajah orang, saya bisa membaca reaksi mereka saat mereka tau saya di geografi. Awalnya memang saya sempat down. Saya pun juga merasa bahwa saya “nyasar”. Saya juga sempat berpikir, bagaimana prospek kerja guru geografi kelak? Dan sebagainya.

Ujian pun masih ada. Salah satu teman dekat saya, yang awalnya dia tidak begitu minat masuk ke Pendidikan Bahasa Inggris, ternyata dia lolos seleksi dan masuk ke jurusan itu. Bayangkan! Saya belum bisa menjadi sahabat yang baik, karena saya masih punya ke-iri-an pada teman saya itu. Bahkan, setiap bertemu saya, dia selalu bercerita tentang kuliahnya dan prospek kerjanya. Tentu saja guru bahasa Inggris banyak dibutuhkan. Dia tidak sadar bahwa terkadang saya sakit hati mendengar itu semua kaena seolah-olah dia mengatakan pada saya bahwa dia lebih beruntung! Walaupun mungkin dia tidak bermaksud seperti itu, mungkin.. Wallahu’alam.

Namun, setelah saya mengikuti perkuliahan, menemukan teman-teman sejurusan yang baru, saya pun memperoleh kemantapan, bahwa saya nyasar ke jalan yang benar!! Saya berani mengatakan hal itu, karena apa? Karena banyak alasan yang bisa saya temukan.

1. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena geosfer. Dan hal itu sangat berkaitan erat dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi. Bagaimana mungkin orang bisa mengatai saya “nyasar” atau melenceng dari jurusan IPA? Geografi murni di UGM pun jurusannya MIPA.


2. Saya mulai tau, mengapa Allah memilihkan Geografi dan bukan Bahasa Inggris. Karena Allah tau bahwa saya bisa belajar Bahasa Inggris secara otodidak. Maaf, bukannya sombong, tapi itu adalah kemampuan yang dberikan Allah kepada saya.

Sejak kelas 3 SD, saya belajar bahasa inggris. Padahal waktu itu, di SD saya, belum ada pelajaran tersebut. Dan saya pun mulai menyukai bahasa inggris. SMP dan SMA adalah masa pengembangan saya. Saya bisa belajar bahasa inggris secara efektif justru dari musik, film, novel bahasa ingris, dan tontonan English for fun di TVRI. Pelajaran bahasa Inggris di sekolah hanya teori dan saya menemukan berbagai contohnya di musik, film dan novel.

Dan, kalau saya ingin mempelajari bahasa inggris lebih lanjut, banyak lembaga2 bimbingan belajar bahasa inggris bagi mahasiswa (kalau geografi kan gak ada :p). Allah pun mungkin ‘menyuruh’ saya belajar bahasa inggris tidak sampai terlalu dalam, seperti mendalami sastra bahasa inggris, dsb. Cukup dengan bisa conversation yg baik, speaking, listening, writing, reading, good vocab dan pronounciation yg bagus. Namun bukan berarti saya tidak mampu untuk mendalami bahasa inggris.

Coba anda pikirkan, seseorang yang masuk ke jurusan bahasa inggris, jika bisa berbahasa inggris fasih dan lancar, itu harus dan wajar. Akan tetapi, orang yang masuk jurusan lain, kimia misalnya, ia bisa fasih berbahasa inggris, bukankah kemampuannya dinilai plus? Itulah alasannya, walaupun saya masuk geografi tapi saya tetap belajar bahasa inggris.

3. Ternyata saya KUFUR!! Ada sebuah peristiwa. Saya punya teman, anggap saja Si K. K juga ingin kuliah di PTN yang sama dengan saya. Namun ia gagal di SNMPTN. Ia mencoba ke tes SM gelombang kedua. Saat ia gagal di SNMPTN, ia sms saya, kadang dia merasa putus asa, tapi sebagai teman, saya selalu meyemangatinya bahwa dia pasti bisa. Lalu setelah pengumunan tes SM, ternyata dia juga gagal. Dia pun merasa sangat terpukul. Dia curhat ke saya. Merasa menyesal, mengapa dia tidak lolos? Padahal ia ingin sekali masuk ke PTN itu. Padahal juga K adalah murid berprestasi. Selalu masuk 3 besar di kelasnya. Bahkan sempat menjadi juara 1 paralel seangkatan. Dia juga siswa yang tekun.

Saya juga sempat heran, bagaimana mungkin, seorang jenius di SMA saya tidak diterima? Saya hanya bisa berkata bahwa itu yang terbaik bagi dirinya. Bahwa sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu baik di mata Allah. Saya juga berkata bahwa nasib kami sama karena saya pun tidak diterima di pilihan pertama. Tapi, apa kata teman saya? “kamu masih jauh lebih beruntung kik, kamu bisa kuliah di PTN itu.” Itulah kalimat teman saya yang membuat saya, jujur, saya menangis! Menangis menyesal karena saya kurang bersyukur pada apa yang Allah pilihkan bagi saya.

Ada lagi teman saya, si S. S adalah siswi yang pintar dan rajin juga. Dia juga dari IPA tapi dia masuk ke jurusan hukum di PT swasta. Sebenarnya ia ragu masuk jurusan itu, tapi apa boleh buat, dia sudah diterima disitu, dan sudah membayar mahal untuk itu.

Ia sering sms saya “kamu beruntung kik masuk geografi. Aku pengeeen benget masuk situ. Bagi2 ilmu ya.” Seperti itu. Bagaimana bisa saya tidak mensyukuri bisa masuk ke PTN dan jurusan itu?padahal banyak orang yang iri pada saya karena mereka tidak bisa? Astaghfirullahal’adziim.. saya benci pada diri saya saat saya menyadari betapa kufurnya saya!

4. Prospek kerja atau apapun, setelah saya sadar, tidak begitu penting ternyata. Banyak orang yang bekerja di luar spesialisasi mereka saat di bangku kuliah. Rejeki sudah ada yang mengatur teman! Tidak usah terlalu dipikir berat. Belajar kan niatnya bukan untuk cari kerja. Belajar ya diniatkan hanya karena Allah semata. Saya pun menyadari bahwa Allah memberikan saya kesempatan untuk menuntut ilmu, ilmu bumi. Insya allah ilmu itu bisa lebih mendekatkan saya pada Allah dan memberi kemanfaatan bagi semuanya. Kesempatan itu mahal harganya. Tidak semua orang bisa mendapatkannya. Saya masih diberi umur dan masih bisa bernafas. Bisa kuliah dan masih bisa belajar. Diberi berbagai fasilitas untuk membantu perkuliahan. Bukankah itu lebih dari cukup? Apa ada alasan lain bagi saya untuk tidak bersyukur?

5. Jangan terlalu menghiraukan perkataan orang mengenai sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita. Misal, diremehkan karena masuk ke jurusan geografi. Tau apa mereka tentang jurusan itu? Apa mereka pernah kuliah di sana? Pernah merasakan kuliah geografi? Pernah ditolak bekerja gara-gara masuk geografi? Tidak kan?

Allah lebih mengetahui apapun dari mereka. Mereka juga hanya makhluk Allah yang lemah, tidak tau apa-apa tapi sering sok tau. Mereka juga kita. Jadi, jangan pernah meremehkan orang lain dan jangan sok tau. Kita tidak tau apa-apa, ada yang lebih Maha Mengetahui. Namun, kalau perkataan orang lain itu mengenai sikap dan perilaku kita, anggaplah itu sebuah kritikan dan evaluasi bagi diri kita untuk senantiasa memperbaiki diri.

Keberhasilan pun juga merupakan ujian. Saat ia berhasil meraih sesuatu, misal Lulus UAN dengan nilai bagus, tentu kehidupannya tidak lantas berhenti sampai di situ. Masih ada jenjang perguruan tinggi yang di jalani, banyak berbagai peristiwa yang harus dihadapi.

Wow, saya malah jadi curhat, heehee, maap yaa..
Back to the point,

Jadi, saat kita menemui “kegagalan” jangan cepat berputus asa. Dan saat menemui “keberhasilan”, jangan cepat puas.

Orang gagal itu biasa, tapi orang yang gagal namun tetap bangkit dan berusaha, itu baru luar biasa!!!
Hadapi semua kejadian dan keinginan dengan penuh keyakinan.
Ada Allah yang menyertai kita, ALLAH!! Tuhan yang menciptakan kita!menciptakan bumi, jagad raya dan segala isinya.

Jangan pernah takut untuk bermimpi besar, karena kita punya Allah Yang Maha Besar.
Asal kita mau berusaha, berdoa dan tawakkal, tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT untuk mewujudkan impian kita!!
SEMANGKA!! SEMANGat Kawan !!! n.n



0 comments:

Post a Comment

Pages