" Kenapa tidak ada tes mengenai skill kita dalam berbahasa Indonesia atau bahasa daerah kita ya? #thinkinghard "
Songong banget gue berani nulis tips
kayak gini. Kuliah di jurusan Bahasa Inggris juga kagak. Yaaah, yang penting niatnya mau berbagi karena Alloh #tsaaaaah.
Gue to the point dulu dah.
Tips nya adalah :
1. Biasakan mendengarkan lagu-lagu
barat. Tapi ingat, tidak semua lagu memiliki grammar yang benar. Biasanya,
Westlife atau lagu-lagu yang agak jadul, grammarnya lebih tepat. Coba pasang
aplikasi Mini Lyrics, biar lagu-lagu yang loe dengerin muncul liriknya secara
otomatis. Kalo nggak ngerti isi lagunya, translet-in sendiri liriknya.
DON’T
EVER USE GOOGLE TRANSLETE. Mending beli kamus aja. Kalo udah sering pake google
translate, ampe mau bikin status pesbuk pun musti English biar keren ( tapi
gagal keren karena transletannya payah gegara pake google translate), maka
bertobatlah. Karena loe hanya akan mempermalukan dirimu sendiri. Orang laen yang
tau maksud statusmu, tapi nggak tega mau mbenerin karena takut loe jadi malu, akan
menjadi galau
*serius
2. Sering nonton film. Hari gini,
mahasiswa mana sih yang nggak doyan nonton film? Anak TK aja udah hobi. Cobalah
kalo pas liet film, trus kata-kata yang
nggak ngerti, cari di kamus.
Film merupakan
gudangnya kalimat greeting dan ungkapan-ungkapan lainnya. Dulu, gue nggak
ngerti ama kata-kata “tell me about it”.
Kalo di translate mentah, artinya “ katakanlah padaku tentang itu”.
Padahal
arti sebenernya tuh “plis, gue juga ngerti kali”. Ungkapan ini digunakan pas
misalnya loe mau ujian. Trus loe curhat ke temen “aduh, gue besok ujian hidup
nih, eh ujian skripsi nih” dan temen loe dengan klasiknya jawab “yaudah, kamu
harus belajar”. Nah, itulah saatnya kamu bilang “tell me about it”. Gitu.
Film juga
lebih bisa merepresentasikan kalimat atau ungkapan, karena ditambah dengan
ekspresi para tokohnya. Jadi, kita bisa tau, oh, kalo kalimat kayak gitu tuh artinya dia lagi marah, atau
lagi seneng, atau lagi pup #eh. Gegara nonton film Wild Child gue jadi tau arti
kata “tell me about it” tadi, soalnya
Si Poppy bilang kayak gitu dengan wajah yang sama kalo loe pas bilang “plis deh…”
*apaan sih*
3. Biasakan pula membaca novel-novel
atau buku, jurnal, artikel, pokoknya tulisan dalam bahasa inggris. Kalo loe
beli coklat atau snack apa gitu, baca aja ingredientsnya
yang pake bahasa inggris. Agar loe bisa mengasah kemampuan reading dan bisa
belajar grammar juga. Karena novel, buku, apalagi jurnal pasti menggunakan
grammar yang tepat. Kalo untuk novel, memang masih ada yang pake bahasa slank alias bahasa gaulnya English. Misal
: I want to diganti menjadi I wanna.
4. Sering-sering aja ngerjain soal
TOEFL. Gue pernah searching ada
banyak kok. Tapi, tips ini gue kasih di nomor terakhir alias nomor 4, karena
menurut gue, nggak begitu penting. Buahahaha, sombong.
Eh,
tapi serius deh. Habisnya, kalo loe udah otomatis membiasakan diri dengan
English lewat film, lagu-lagu, bahkan jurnal, loe nggak usah latian soal pun
udah bisa lulus tes. Insya Alloh. Tergantung amal dan perbuatan juga sih
*mihihi
Gue
pernah mengadakan penelitian kecil-kecilan dengan metode survey dan wawancara,
sampelnya temen-temen gue sendiri baik dari intern univ maupun di luar. Gue amatin,
temen-temen yang suka, apalagi freak
ama film-film dan lagu barat, nilai TOEFLnya lebih tinggi dan pastinya lulus. Tapi,
maaf ya sebelumnya, beberapa temen gue yang condong ke film non english dsb,
agak kurang. Sekali lagi gue bukan mau ngejek-in film Thailand, india, korea
atau apa (gue pun penggemar Running Man) atau ngejekin temen-temen gue, KAGAK. Ini
cuma pengamatan aja.
Dari situ
gue menyimpulkan bahwa, KEBIASAAN adalah hal yang utama. Kalo loe BIASA nonton
film barat, sambil mencari tau makna kalimatnya, gue yakin, tes TOEFL mah
cetek.
Coba
kita telaah. Di test TOEFL ada beberapa sub-test
1. Listening. Ini
yang katanya paling bikin pusing. Udah dapet kursi paling belakang, temen-temen
malah pada ribut dan panic, bukannya ndengerin rekamannya *curhat
but, kalo loe udah sering dengerin lagu English, ditambah vocab loe lumayan banyak, listening nggak bakal rumit.
but, kalo loe udah sering dengerin lagu English, ditambah vocab loe lumayan banyak, listening nggak bakal rumit.
TERBIASA mendengarkan, pastinya akan
memudahkan loe dalam mengerti kata yang diucapkan dalam rekaman. Apa hubungannya
dengan vocab yang kita ketahui? Kalo kita belum pernah denger sebuah kata, maka
akan susah untuk mendengar pengucapannya. Misal, di rekaman disebutkan kata “approximately” yang notabene dibaca “eproksimet’li”
bisanya kita bakal pasang muka poker face sambil bengong bahkan akan melewatkan
kata itu. karena belum TERBIASA mendengar dan belum ngerti artinya. Itulah kenapa,
listening juga dipengaruhi oleh berapa banyak vocab yang kita kuasai. s
2. Grammar. Kalo pernah
dengerin lagunya Avril Lavigne “Wish You Were Here” ada kalimat
“ I
can be tough, I can be strong”
Itu salah satu kalimat grammar yang penting.
I + can/could/would+be+ kata sifat/
kata benda
Kalo kata kerja, musti ditambah –ed di
belakangnya.
Contoh : I can’t be cloned – gue nggak bisa diganda-in ( salah satu lirik
Linkin Park “Lost in the Echo”).
Clone
= menggandakan. Cloned = digandakan. Sampai
di sini ada yang mau ditanyakan ? *ups
3. Reading. Bagi kalian
yang sangat freak dengan yang namanya
membaca, sampai-sampai bantal kalian pun buku ( atau diktat kuliah #eh ), gue Cuma
bisa bilang WOW, lanjutkan ! coba baca juga yang pake English, misal artikel
apa kek gitu di internet, kayak Manga Naruto ( heheh *tengil).
Sebenernya bagian yang paling gue
nggak suka di tes toefl adalah reading. Ngabisin waktu. But, kalo loe udah
kebiasa baca cepet tapi artinya juga nyantol, pasti gampang. Iya nggak? Enggaaaaak.
Sekian tipsnya. Ini tips Cuma berdasarkan
pengamatan, tapi manjur juga loooh. Bisa jadi bisa jadi. Kalo mau lanjut baca
note ini, sabar ya karena nggak penting-penting amat.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lho, masih mau baca?
Minum dulu, biar nggak pusing
bacanya.
*glek
Latar belakang gue pengen posting ini
adalah untuk menyemangati korban-korban “proyek” TOEFL di kampus, termasuk diri gue sendiri. Dulu,
pas awal jadi Maba, kami pernah tes TOEFL, dan kemaren-kemaren ini, kita dites
lagi. Kalo tes TOEFL nya ORI sih mending. Masalahnya, kemaren itu kita tes
PRO-TEFL (beda ama TOEFL. Beda banget).
Terus, kemaren pas ada acara di UGM
tentang beasiswa Universitas-universitas Belanda, gue shock ampe nganga liet salah satu syarat kalo mau ngajuin aplikasi schoolarship ke sana. Nilai TOEFL
minimal 570 [!!!!!]
Hening sejenak
Atur napas,
Keluarkan…
Ngupil
Gue jadi sakit hati. Jadi, nilai
TOEFL gue belum mencukupi? Masih kurang sekitar 50 point lagi untuk mencapai
570. Hiks.. *nelen Kamus Oxford*
Tapi nggak apa-apa, well, kayaknya
kalo mau daftar beasiswa ke luar negri pun, syarat TOEFL nya bukan kayak yang
di kampus yang masih manual . Tapi musti TOEFL IBT alias TOEFL internet based test. Terus apa gunanya
kita dites mulu?? *agar terbiasa* mencoba positive thinking*
Udah ah, mau nonton Running Man dulu
[end]
1 comments:
bedanya toefl ama protefl apa neng?
Post a Comment