image

mau dibawa kemana pendidikan geografi ?


Geografi memang sebuah jurusan yang “nanggung” terutama di universitas pendidikan. Ia dimasukkan ke fakultas ilmu sosial. Bahkan ia dijuluki “ilmu waria”, sebab ilmu IPA dan IPS digabung menjadi satu. Di  dalam ilmu geografi terdapat banyak sekali ilmu fisik yang harus dipahami dengan menggunakan pengetahuan sains (ilmu alam). Selain itu, ilmu sosial juga diberikan sebagai bekal kehidupan di masyarakat. Padahal, ilmu yang bermanfaat adalah yang berguna bagi masyarakat dan lingkungan kita. Sehingga, adanya ilmu dengan basis sains namun diimbangi dengan pengetahuan sosial merupakan ilmu yang sangat efektif. Sebab, kita dibekali ilmu serta teknik aplikasi ilmu tersebut bagi masyarakat.

Di sebuah universitas pendidikan, tepatnya di daerah Yogyakarta, jurusan Pendidikan Geografi dianak-tirikan oleh pengelola fakultas. Contoh : ketika pihak jurusan mengajukan proposal penambahan jumlah komputer sebanyak 25 buah, fakultas hanya memberi 5 buah saja. Namun, ketika jurusan lain mengajukan hal yang sama, kebutuhan mereka dipenuhi. Padahal, geografi membutuhkan komputer-komputer tersebut untuk pembuatan peta digital dengan Arc view maupun Arc GIS.

Beberapa waktu lalu, pihak fakultas dari MIPA “menawarkan” agar geografi berpindah ke fakultas tersebut.
Sebab, dengan senang hati mereka akan menerima geografi sebagai bagian dari mereka. Seperti yang kita ketahui di awal, geografi memiliki ilmu fisik dengan ciri khas sudut pandang keruangan. Kajian seperti itu hanya dimiliki oleh ilmu geografi.

Saya menganalogikannya seperti kasus orang yang tinggal di perbatasan Kalimantan dengan Malaysia. Indonesia memperlakukan masyarakat disana dengan semena-mena, namun Malaysia bak malaikat penolong. Kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, air bersih dan pekerjaan pun diberikan oleh Malaysia kepada rakyat Kalimantan. Sama dengan perlakuan pengelola fakultas ilmu sosial dan fakultas MIPA.

Namun, permasalahannya adalah jika jurusan pendidikan geografi “menyetujui” untuk moving ke fakultas MIPA, maka bagaimana dengan penerimaan mahasiswa baru kelak? Padahal, umumnya pendaftar geografi berasal dari jurusan IPS (KECUALI SAYA !!!). Selain itu, kurikulum di SMA juga masih tetap memasukkan geografi sebagai salah satu mata pelajaran di jurusan IPS.

Ternyata, lepas dari sikap dianak-tirikan sebelumnya, masalah geografi sangat kompleks. Sebenarnya, jika 
saja Kemendikbud mau merubah kurikulum di SMA, pemindahan jurusan pendidikan geografi ke fakultas MIPA tak ada salahnya. Geografi seharusnya menjadi mata pelajaran wajib bagi setiap penduduk bumi di jenjang mana saja tanpa membedakan jurusan IPA, IPS, atau sekolah kejuruan.

Inilah penyebab awal Indonesia ditipu habis-habisan oleh pihak asing dan oknum. Masyarakatnya saja tidak paham mengenai SDA yang dimiliki. Kepulauan-kepulauan terdepan pun masih minim dan seolah tidak begitu penting dalam kehidupan kita. Urgensi pendidikan geografi harusnya segera dilakukan.

0 comments:

Post a Comment

Pages