image

Makassar, The Second Island #2



Baiklah, setelah UTS hampir selesai dan tugas-tugas sedikit berkurang, mari lanjutkan menulis. Kali ini nglanjutin postingan sewaktu di Makassar ( next time cerita yang di Bali dengan kekonyolan yang tak kalah konyol #oposih ).

Pada episode sebelumnya ( ceileh ), kami udah sampai di Unhas dan diantar pak satpam menuju Rusunawa. Setelah dapet kamar, kami, dua cewek udik, dekil, dan kelaperan ini segera mandi. Sekitar pukul 8-an kami berencana mencari sarapan. Kami iseng-iseng keliling kompleks Unhas yang jaraknya Subhanalloh banget. Udah laper, jalan kaki cari makan, Alhamdulillah.. nikmatnya. Pas nyampe di warung-warung ( mungkin kalo di Jogja bisa disebut burjonan ), kami masuk dan mau beli nasi. Tapi, semua warung berkata :


“nasi matang jam 11”

apeeee???? Kenapa pada kompak gitu mateng nasinya???

Perut mana yang tahan nih? Walhasil kami membeli roti yang merknya aneh dan mencurigakan rasanya di toko kelontong. Sampai di kamar, aku menyeduh kopi ( bawa satu ronteng, karena biasanya kalo lomba kayak gini, malem sebelum presentasi pasti begadang bahas PPT -_-“ #kebiasaanJelek ). Dan kami pun dengan penuh rasa syukur makan roti sambil dicelupin ke kopi :”)

enden, kami jalan-jalan keluar, eh ada rombongan dari Unsoed. Waktu itu sih kita belum kenal, jadi agak cuek gitu. Padahal setelah kenal, kami jadi akrab banget ampe sekarang. Kami berdua pun duduk2 di depan rusunawa sambil nyari kutu #eh.  Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan kami, kinclong. Keluarlah bapak-bapak separuh baya. Singkat cerita kami naik mobil bapak itu karena beliau berkata akan mengantarkan kami mencari makan ( pasti gara-gara liet ekspresi kami yang mengenaskan #fufufu ). Beliau ini salah satu dosen dari unhas yang jadi panitia LKTM. Kami diantar keliling2 Unhas lagi dan sampailah di kompleks burjonan depan Unhas yang ramai. Di sana banyak banget , kami ampe bingung. Akhirnya setelah sholat istikhoroh ( nggak deng ) kami memutuskan untuk membeli.. jeng.. jeng.. nasi kuning. FYI, di Makassar itu porsinya luar biasa buanyak, bisa 3x porsi makan ku biasanya. Jadi, nasi kuning untuk sarapan makan sekaligus makan siang. ( nggak penting kik, terserah lu mau makan apa ).

Aku agak lupa setelah itu ngapain, kayaknya keesokan paginya kami udah presentasi di hadapan juri. Tapi, malemnya ada kejadian luar binasa. Si Ipung tiba-tiba dateng ke Makassar, dijemput ama Si Batara, temen kami di Unhas. Batara endegeng ( Arif dan Kamil ) juga termasuk salah satu finalis, tapi mereka di bidang sosial-ekonomi. Jadilah malam itu malam terkacau. Selain disebabkan oleh beberapa “kesalahan” dalam persiapan presentasi, ditambah Ipung yang kecapekan dan kumat penyakit “nggak mau ngomong”-nya, gara-gara masalah cinta nih #ups. Walhasil daku dan Weni mengedit PPT sampai pukul 3, padahal besok presentasi jam 7 ( Gusti Alloh mboten sare (*_*)9 ).

Keesokannya, aku dan weni udah necis pake jas almamater, dan Ipung dengan polosnya bilang bahwa dia nggak bawa jas. Ya Rabb, bagaimana bisa ini terjadi??? Padahal peserta diwajibkan memakai jas almamater. Akhirnya dia pakai baju lapangan geografi -__-“

Aku lupa lagi dapet giliran maju nomer berapa, yang jelas, saat melihat tim lain presentasi, karya tulis mereka kimiawi banget men. Ada reaksi-reaksi segala macem, berhubung aku udah bukan anak IPA lagi  ( wekkk ), jadi agak gimana gitu. Dibandingkan dengan karya tulis kami yang teknikiawi ( teknis banget:red ). Akhirnya, tibalah giliran kami maju, bla cla dla.. PPT sengaja aku beri sound effect lagunya SUM 41- Handle This dan konyolnya di sana nggak disediain sound buat laptop, so, Cuma kedengeran bunyi drum dan gitar nguung nguuung nggak jelas gitu. Padahal keren banget kalo ada musiknya. Akkkkkhhhh… whatever, keep on rocking : )

Setelah mendapat pertanyaan dari 4 atau 5 juri dan berhasil dijawab dengan nalar ala kadarnya, ditambah ketua jurinya mirip banget sama Bapakku..  Bapaaaaakkkk #eh

setelah itu diumumkan juara, meski kami tidak masuk 3 besar, ternyata kami juara 5. Juara 1 Unibraw, Juara 2 Unhas, Juara 3 dan 4 Unibraw lagi. FYI, Unibraw ini dikenal sebagai “pemborong piala” sekaligus memiliki karya tulis dengan kualitas luar biasa. Jujur, mereka ahli dan kelihatan banget persiapannya matang. Beda banget sama kami.. #ngenes. kaget juga sih, kami bisa unggul di atas unsoed dll dan skor beda sedikit dengan Unibraw yang juara 4, padahal karya mereka kimiawi dan kelihatan lebih riil dari karya kami. Allohu Akbar : )

Di sana dapet banyak kenalan, kalo disebutin satu persatu ntar jadi satu postingan sendiri ( gaya banget ). Malemnya, kite jalan-jalan ke Pantai Losari, ama beli oleh-oleh. Maaf ya, oleh-oleh Cuma buat orang-orang special dan tuntutan organisasi ( wooo, Litbang karo PPO Hima thok yang dapet :p ). Di Pantai Losari kita poto2 bareng, hiks. Kita juga makan pisang epe ( kayaknya namanya itu deh), pas baca daftar rasa (harga juga cukup murah, 5000 perak dapet 3 pisang epe ) dan menemukan “COKLAT”, langsung pesen ke Kamil #eh berhubung dia tuan rumah, jadi dia endegeng ‘melayani’ tamu dengan baik sekali : ) . Setelah aku makan, rasanya @#R%@^#$@T# uwoooo terlalu manis -__-“ dan nggak abis saking enegnya. Kapok deh kapok.

Sebelum berangkat ke Losari, kita flashback nih, Ipung, Weni, aku, Arif, Kamil, dan Batara rencana mau nyusul ke Pantai tapi naik motor. Yang lain naik bus gitu. Tapi nggak boleh : ( padahal pengen banget naek motor. Ada lagi yang konyol, Weni ninggal kunci di dalem kamar sebelum kami presentasi dan kamar otomatis dikunci dari luar oleh penjaga. Plus penjaganya udah pulang malam itu. Njuk piye jal? Akhirnya ada mas-mas yang manjat jendela kamar kami, dan ngambil kunci sekaligus bukain pintu. Waaah, supermen.

Keesokan paginya, kita ke Bantimurung. Masya Alloh.. ilmu geologi dan geomorfologi yang selama ini hanya kami pelajari lewat diktat dan internet, bisa kami pelajari sekali lagi di laboratorium alam : ) di Bantimurung, bentukan lahannya berupa karst, jadi ada air terjun yang indaaaah banget ditambah ada Gua Batu ( aku dan Weni bikin film documenter jadi-jadian gitu, seolah-olah kami presenter Jejak Petualang, iyeeuh ). Oiya, sebelum Bantimurung, kami melewati Goa Leang-Leang, yang pernah aku baca di buku sejarah, dimana terdapat cap tangan para manusia goa pada zaman prasejarah dahulu. Uwoooo.. Mbak Adi sebagai tour guide, sekaligus finalis dan juara 1 LKTM bener-bener ngasih ilmu dan info buanyak banget ke kami. Dan memang yang keliatan interest sama hal begituan Cuma kami geografi dan beberapa anak aja -__-“ di dekat Bantimurung juga ada pegunungan karst, yang kata Mbak Adi semakin rusak gara-gara aktivitas pertambangan. Sama kayak di Gunung Kidul nih, duh jadi inget karya tulis yang dulu dengan tema karst gunung kidul T__T kapan bisa terealisasi penyelamatannya ya.. hemmm..

Oiya, di Gua Batu, hanya aku dan Weni yang masuk ( ini goa masih sepi, penjaganya juga Cuma satu ). Cowok-cowok pada nggak berani kecuali Mas Feri dan Mas ( aku lupa namanya. Oke kita sebut Mas A ). Akhirnya kami berempat, setelah menyewa senter 20rb ( mahal, tapi nggak apa-apa, demi pariwisata lokal dan memberi rejeki #ceileh ) segera menjelajahi Gua Batu. Guanya hampir sama kayak pas PLG ke-2 di Gunung Kidul. Aku dan Weni salah kostum. Kami pake rok dan sepatu cewek #eh. Jadi agak ribet pas masuk ke dalem Gua yang ada sumber airnya karena guanya sempit dan harus menunduk bahkan hampir merangkak. Berani kotor itu baik, kata iklan. Jadi, apa boleh buat, baju kami terkena bercak-bercak lumpur. But, It was sooooo much super duper extra fun inside the cave. This is Geography : ) And it’s the one of His Greatness.. : ) berhubung kami belum beli oleh-oleh buat Dosbing ( Dosen Pembimbing ), jadi kami beli di sana deh.

Malemnya kami bingung mau pulang kapan. Si Ipung pulangnya misah (lagi). Sungguh, ia sebagai seorang lelaki tega membiarkan kami, dua wanita polos ini berkelana sendiri ke luar Jawa. Lelaki macam apa kau Pung? ( dramatisasi.com ). Akhirnya, setelah mendapat tiket pulang+ngutang lagi ke Baizil ( so many thanks for you Bai, kamu dapet oleh2 triple dari kami :D ), malemnya kita packing. Aku mendadak terserang flu dan agak demam plus pilek. Tapi, Mbak Adi ngajakin kami pergi makan ama belanja oleh-oleh jadi mendadak sakitnya berkurang #opoh. Dia ngajakin kami berbanyak ( udah pada akrab dan hampir pulang, berpisah, hal yang paling bikin nyesek ) makan Mie Titi. Bayanganku sih Cuma kayak mie ayam. Tapi, mie titi ini mie-nya kayak mie kering ( kalo pas TK dan SD pernah makan snack merk “Mami” ya seperti itulah. Mie kriuk-kriuk ) disiram sop berisi ayam dan sayur. Dan nafsu makanku mendadak lenyap setelah tau bahwa kuah dari sop itu adalah putih telur : | kentheeel banget kayak ingus. Dan aku nggak habis. Selain porsinya juga triple, bikin mabok. Setelah itu kita belanja oleh-oleh berupa kacang disco, jadi kalo makan kacang ini bisa bikin ajeb ajeb gitu ( yo nggak lah !).

Keesokan paginya, sehabis subuh, aku membangunkan Batara endegeng yang berjanji akan mengantarkanku dan Weni ke bandara. Kami naik motor. Weni ama Kamil. Aku ama Batara. Arif sama angin alias nggak ditebengin. Perjalanan menuju bandara kami habiskan dengan bercanda dan saling mengolok sebelum berpisah. Dan aku diejek habis-habisan gara-gara belum sempet makan cotto Makassar ama Batara. Untungnya, aku nggak doyan daging kambing ataupun sapi, jadi nggak begitu nyesel :p Batara ini terobsesi film nya Jebraw Jalan-Jalan Men dan pengen banget ke Jogja buat nyari dinosaurus juga ( bocah aneh, perilaku imitasi yang berlebihan ). Sampai di bandara Hasanuddin kami masih sempet foto sebelum check in. hiks… kami cowok-cowok cool pose di depan bandara gitu ( ehm, aku dan Weni cewek deng ).


Arif, Weni, Me, Batara


Setelah sampai di Surabaya (cepet banget), naik taksi menuju stasiun Wonokromo. Yeyeye, keturutan deh naik kereta : ) meski harus menunggu 6 jam karena kereta menuju Jogja jam 3 sore -_- FYI, kapok makan soto di stasiun karena nggak cocok di lidah. Setelah sampai Jogja, kami dijemput oleh Lutfi dan Ipung. Iya, Ipung udah nyampe jogja duluan. Nyebelin kan?!

Berakhirlah cerita kami di kost Lutfi, dimana Mbak Dybora juga ada di sana gara-gara pengen nonton konser Boyband Korea ( maaf aku lupa namanya apa –“) meski ujung-ujungnya tetep tepar semua. Hehehe..
Terimakasih untuk teman-teman yang menolong kami, Lutfi yang udah jemput, minjemin duit, rela kostnya dijadiin pengungsian. Kikik, yang selalu “memantau” dan yang bikin kami nggak salah naik gerbong kereta ( hampir aja salah kalo nggak diingetin ). Ganang selaku pak kabid yang perhatian banget ama kami. Baizil yang selalu mewanti-wanti buat nggak telat check in dan ikut memantau perkembangan kami.. dan temen-temen lain yang memberi dukungan lewat sms ketik REG ( nggak deng ) dan mendoakan kami (emang ada? :p )

Buat universitas dan fakultas, kalau mahasiswa dituntut berprestasi, konsekuenlah dengan pengadaan dana dan kemudahan birokrasinya. Jangan dipersulit mulu : ) love you..


           ada Mas Umar ( Unsoed), Mbak Rose dan Mbak satunya lagi lupa dari Unair ( ampun mbak.. ), 
              me, ada Tiyo dan Mas Warsono dari Unsoed, Intan ( Unsoed ) dan Weni. Lokasi di Air Terjun 
                            Bantimurung. Kereeen banget Masya Alloh.. air terjunnya indah : )




                       ini bareng Mas Feri dari Unsoed juga, eh Aa' ya manggilnya #halah Sunda teuing atuh.
                                                        Lokasi : Gua Batu, Bantimurung
                                     tuh senter yang gue pegang tuh, nyewa satu 20rb lho :D

ini air terjunnya kalo diliet dari atas, di bawah kayaknya si Tiyo mau maen adegan Titanic gitu -_-"



                         
                                         ada Kamil dan Arif, sohib kita dari UNHAS :)

                                       so, di Bantimurung, deket Gua pun, Burjonan tetep eksis men !
                                              msekipun mie goreng harganya 4000 satu porsi -_-"

    finally, ada mbak Adi anak Kelautan Unhas sekaligus jurnalis+ traveler gokil dan juga Batara, sohib kita
                                                      yang obsesi berlebih terhadap Jebraw -_-

                                            UNY, UNAIR, UNSOED, UNHAS bersatu yeahhh..



THE END..


Postingan di Bali segera menyusul. Insya Alloh memori PLG mulai dari Dieng hingga Pangandaran, dan Suku Osing besok akan dituangkan ke dalam kata-kata juga..

0 comments:

Post a Comment

Pages