image

BERSIAP untuk yang TERBAIK dan yang "TERBURUK"

Beberapa waktu yang lalu, teman saya kehilangan hape yang baru beberapa hari dia beli. Dan hape itu termasuk golongan hape “mewah” dan pastinya mahal. Dan dia sangat-sangat sedih. Pun jika kita mengalami hal yang sama, sungguh manusiawi jika kita merasa kehilangan dan sedih pula.

Kemarin, teman saya yang satunya juga kehilangan laptop yang belum lama dia miliki. Laptop itu dicuri oleh seseorang. Padahal, kamar kost tempat dia menyimpan laptop sudah dikunci dan digembok. Tapi pintu itu berhasil dibobol. Alhasil laptop beserta kardusnya raib. Dia pun shock dan kaget, sedih juga pastinya. Saya sampai bingung harus menghibur dia dengan cara apa. Karena dia terus-terusan bilang “Kenapa harus aku? Kenapa harus laptopku?” saya sebenarnya ingin bilang “mungkin hanya kamu yang bisa sabar ‘kehilangan’ laptop, jadi kamu yang dipilih sama Allah untuk ‘kehilangan’ belum tentu orang lain bisa sesabar kamu” tapi kata-kata itu hanya bisa terucap dalam hati, karena saya merasa dia akan tambah sedih dan mungkin marah jika saya mengatakan hal itu. Saya hanya bisa berkata bahwa yang mencuri laptopnya pasti mendapat balasan dari Allah, dan teman saya pasti mendapat pengganti yang lebih baik.

Nah, dari 2 kasus di atas, saya bukan bermaksud ingin jadi detektif yang akan menyelidiki siapa pencuri barang kedua teman saya itu. Tapi, ada beberapa hikmah yang bisa saya ambil dari keduanya.

Terkadang, kita hanya bersiap untuk hal yang baik saja. Siap untuk punya hape baru, laptop baru, siap untuk jadi juara lomba, siap untuk mendapat IP tinggi, tapi kita melupakan bahwa ada hal ‘terburuk’ juga yang bisa saja menimpa kita. Sebenarnya bukan ‘keburukan’, tapi ujian dari Allah. Misalnya, terkadang kita lupa bahwa jika kita punya laptop atau hape baru, kita harus bersiap juga jika sewaktu-waktu kita akan kehilangan benda tersebut. Entah itu rusak atau hilang seperti kedua teman saya tadi.

Terkadang kita terlalu terbuai bahwa benda itu memang milik kita. Jarang kita berpikir bahwa semua yang kita miliki, meski itu bentuknya benda, adalah milik Allah. Yang mengatur rejeki juga hanya Allah. Yang memberi benda-benda yang kita miliki juga sebenarnya dari Allah.

Mungkin ada yang berkata “aku yang kerja keras supaya dapet uang, bukan karena Allah” kalau Allah tidak meridhoi kita supaya kita mendapat uang, pasti kita tidak akan bisa mendapatkannya. Allah bisa saja membuat kita sakit atau ada suatu halangan hingga kita tidak bisa mendapatkan uang tersebut. Allahlah yang mengatur. 

Jadi kalau sewaktu-waktu Allah ingin ‘mengambil’ apa yang ia punya, itu memang hak prerogatif Allah. Bukan berarti Allah jahat atau pelit, tapi itu sebagai bentuk ujian bagi kita. Apakah kita akan tetap istiqomah dan yakin pada Allah, atau justru kita akan berpaling dariNya ?

Easy come, easy go. Mudah datang, mudah pergi pula. Jadi jangan merasa puas jika anda mendapatkan sesuatu dengan mudah. Itu artinya kemungkinan untuk kehilangan pun bisa saja mudah. Lalu, apa kita harus takut jika kita memiliki sesuatu ? tidak tentu saja. Hanya saja kita harus menyadari, bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Jadi, kita harus bersiap-siap jika kita kehilangan sesuatu itu.

Bersama-sama kita belajar untuk qana’ah, merasa cukup atas apa yang Allah berikan kepada kita. Selalu bersyukur sekecil apapun nikmat yang kita dapatkan. Jika Allah mengambil sesuatu dari kita, memang sudah saatnya kita kehilangan. Sabar dan tabah. Tak ada yang abadi di dunia ini. Harta tak akan kita bawa mati. Percayalah bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar kesanggupan umatNya.

Kadang kita lalai jika sudah memiliki harta, pangkat dan wanita. Padahal semua yang kita miliki akan kembali kepadaNya. Diri kita pun adalah milik Allah. Bersiap-siaplah untuk kembali kepadaNya pula. Bersiap-siap apa yang akan kita bawa jika Allah menjemput kita.

0 comments:

Post a Comment

Pages