Alhamdulillah, beberapa
waktu yang lalu diberikan waktu oleh Alloh untuk menikmati perjalanan ke luar
jogja lagi (yeaaaay ^^). Kali ini, tujuan ku adalah Benteng Van Der Wijck di
Gombong, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah. Sebenernya, aku enggan ikut, karena
aku disuruh menggantikan Ibuku menjadi wali murid my lil’ bro Faris dalam acara
piknik keluarga Ibnu Abbas Se-DIY kayaknya. Ibu bekerja menjadi guru dimana
Faris bersekolah. So, Ibu jadi panitia. Sedangkan Bapak tidak dapat menemani
karena Hari Ahad adalah Hari Bermasyarakat bagi beliau (maklum PNS). Adikku
yang satunya masih betah di asrama. Intinya, Cuma aku yang tersisa.
Berangkat dari rumah
pukul setengah 6, kumpul di Ibnu Abbas Beluran. Ananging, semruput-mruputnya
kami datang, bis-bis datang pukul 7 lebih. Oke, fine. Btw, total bis ada 64.
Kami menjajah Kebumen.
Lautan manusia, memenuhi jalan sepanjang Dusun Beluran (menunggu kedatangan bis) |
Selama perjalanan aku dapet kenalan bernama Mbak Isti
yang kebetulan adalah kakaknya temennya Ibuku (ribet yes). Mbak Isti ikut
piknik dengan anaknya. Aku kira adiknya, karena beliau serasa masih berumur 25
tahunan, gayanya trendy layaknya anak muda ( celana dan jaket jeans) tapi
anaknya udah berumur 9 tahun -__-“ #iri. Sedangkan aku, selama perjalanan
dipanggil dengan “Bu”. Semua terjadi gegara Ibu menyuruhku memakai gamis&sneakers
ala emak-emak mau ke resepsi, di kala aku sudah siap dengan mengenakan kaos
lengan panjang, rok, dan sandal gunung Rey-ku tersayang. Image geografiku pun
lenyap.
Sepanjang perjalanan di
bus, nggak usah diceritakan ya, kerjaanku cuma satu, tidur.
Finally, kami sampai di
lokasi. Di luar benteng alias sebelum menuju pintu masuk benteng, terdapat beberapa
kamar-kamar hotel di sebelah kiri, ruang-ruang rapat di kanan jalan,
auditorium, kantin, mushola, wahana boom-boom car, toilet, dan waterpark.
Adek paling kecil Si Pemilik Ketetapan Hati yang Cerdas ( Azmi Al-Farisi ) Prilta, Faris, Me |
Berikut adalah beberapa spot rekreasi yang aku
kunjungi :
1. Benteng Van Der Wijck
Benteng ini ternyata satu-satunya
benteng berbentuk oktagonal di Indonesia. Nama Van Der Wijck diambil dari nama perwira
militer yang katanya sering memenangkan peperangan di Indonesia ( aku jadi
nggak bangga, huh ). Tapi, ketika jaman penjajahan Jepang, benteng ini dibuat
untuk pelatihan militer tentara PETA. Bahkan, Soeharto pernah tinggal di
benteng ini lho pas beliau jadi anggota KNIL (syangar aku bisa nulis tentang
sejarah). Uniknya, bangunan benteng ini secara keseluruhan dibangun dari batu
bata, termasuk atapnya.
Aku dan adikku memasuki benteng
hingga ke lantai 2. Di sana kita bisa menaiki kereta yang relnya berada di atas
benteng. Masya Allah, kayaknya seru. Harga tiket per orangnya Rp 8.000,00. Aku dan
adikku excited bangeeet. Tapi semua berakhir ketika Negara api menyerang. Bukan,
ketika kereta yang kami naiki hanya berjalan satu putaran, dan nggak ada 5
menit. “mung semene?” hatiku menjerit tidak puas.
Kereta di atas benteng, tapi bukan aku yg motret karena fotoku jelek :D see, atapnya dari batu bata, aku nggak bo'ong kan http://backpackology.files.wordpress.com/2013/02/kereta-benteng.jpg |
Di dalam benteng terdapat beberapa
ruangan seperti pos jaga, barak militer, kantor, dan banyak sekali foto-foto
jaman Belanda dulu. Ada juga sebuah tulisan yang entah mengapa menciptakan efek
horror dalam benteng yaitu “Sebelum masuk benteng sebaiknya Anda berdoa
sejenak menurut kepercayaan masing-masing.” Ya emang, di manapun kita berada
musti berdoa dulu. Mau masuk WC aja kalo di Islam ada doanya. OOT. Well, di
benteng ini sayangnya belum ada diorama perjuangan-perjuangan kayak di benteng Vredeburg
gitu. Maklum sih, pemugaran baru dilakukan tahun 2000-an. Semangat ya PT
pengelola (siapa ya?) dan Pemda :3 oiya,
benteng ini juga dijadikan lokasi syuting film The Raid II lho. Mantapppks *eh
2.
Waterpark
Ini dia yang aku dan adikku
tunggu-tunggu, Waterpark. Setelah puas
mengelilingi benteng, kami menuju ke area waterpark. Di sana ada wahana-wahana
semacam perahu pedal, bebek air, live
stage di atas kolam, terapi ikan, kolam renang dengan berbagai kedalaman,
dll ( saya lupa, maap ). Aku dan adikku segera berganti baju renang. Jangan dibayangkan
aku pakai baju renang yang aneh-aneh ya! Tetep syar’i In Sya Alloh.
Aku langsung nyebur di kolam renang
dengan ketinggian 1,5 m. dan saat itu aku baru ingat, bahwa aku belum bisa
renang (cryyy). Aku pun segera berjalan di air menuju tangga untuk segera
naik ke daratan. Akhirnya menemani adikku berenang di kolam renang
dengan ketinggian sepinggangku. Aku pun berenang di bagian pojok belakang, di
bawah jembatan karena malu #fufufu. Sayangnya, air di sana agak kotor.
Biaya masuk arena berenang ini
masing-masing orang/anak Rp 10.000,00. Setelah membersihkan diri dan ganti
baju, kami sholat dhuhur. Lucunya, mushola waterpark ini terletak di dalam area
kolam renang. Agak mengecewakan karena musholanya amat sangat mungil, hanya
muat untuk 3 shof (itupun udah mepet banget) dan agak kurang terawat.
3. Terapi Ikan
Ini adalah spot dengan biaya paling murah tapi banyak manfaatnya. Cuma dengan Rp 5.000,00 kita bisa mendapatkan massage dari ikan-ikan kecil yang unyu-unyu sepuasnya. Awalnya pasti terasa sangat geli, seperti kesemutan. Pertama kali kaki nyelup, dijamin ketawa, pasti, aku sudah melakukan penelitian survey dengan teknik purposive sampling (efek skripsi). Tapi lama kelamaan bikin ketagihan. Hampir sama kayak di GL Zoo, tapi yang ini lebih luas tempatnya. Bener-bener kolam ikan. Jenis ikan yang digunakan, aku belum tau pasti. Mirip ikan mujaer gitu. Efeknya adalah menyebabkan kaki terasa ringan, kulit lebih halus (karena ikan-ikan ini memakan sel-sel kulit mati), bikin rileks, dan katanya sih melancarkan peredaran darah. Hampir 2 jam aku, ibu, Faris, berserta Prilta (tetanggaku) dan Ibunya bersantai-santai ria di sana.
Ini adalah spot dengan biaya paling murah tapi banyak manfaatnya. Cuma dengan Rp 5.000,00 kita bisa mendapatkan massage dari ikan-ikan kecil yang unyu-unyu sepuasnya. Awalnya pasti terasa sangat geli, seperti kesemutan. Pertama kali kaki nyelup, dijamin ketawa, pasti, aku sudah melakukan penelitian survey dengan teknik purposive sampling (efek skripsi). Tapi lama kelamaan bikin ketagihan. Hampir sama kayak di GL Zoo, tapi yang ini lebih luas tempatnya. Bener-bener kolam ikan. Jenis ikan yang digunakan, aku belum tau pasti. Mirip ikan mujaer gitu. Efeknya adalah menyebabkan kaki terasa ringan, kulit lebih halus (karena ikan-ikan ini memakan sel-sel kulit mati), bikin rileks, dan katanya sih melancarkan peredaran darah. Hampir 2 jam aku, ibu, Faris, berserta Prilta (tetanggaku) dan Ibunya bersantai-santai ria di sana.
Kolam terapi ikan |
Entah siapa pemilik kaki ini, ngapunten saya jadikan model |
Itu aja sih refreshingku,
bahkan di sana aku tidak ingat sama sekali dengan skripsi. Hahahahaha (bangga
kamu Kik? Bangga??!!! ). Wait, jangan lupa beli oleh-oleh berupa mendoan jumbo
seukuran buku tulis khas Gombong katanya. Berhubung aku adalah tempe lover forever, aku beli 2. Nggak ada
gambarnya, sorry, karena langsung ku makan. Hihi.
Mbak Jul (Prilta's Mom), Prilta, Faris, My Beloved Mom |
0 comments:
Post a Comment