Lagi-lagi sempet macet nge-blog
maaf para fansku..
maaf para fansku..
tapi aku masih aktif nulis kok,
iya, skripsi, makasih, sssst -_-
well, bentar lagi aku lulus ( doakan
Agustus dah wisuda ya :3 )
kadang merenung, selama ini aku belajar geografi, tapi masih
sedikit ilmu yang aku bagikan
aku cuma bisa mengupayakan di mana pun berada, selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang aku dapet, minimal dengan nggak buang sampah sembarangan
aku cuma bisa mengupayakan di mana pun berada, selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang aku dapet, minimal dengan nggak buang sampah sembarangan
Kemaren Alhamdulillah kesampaian juga ngadain kajian tentang
Mitigasi Bencana buat anak-anak SMA, plus kaitan Mitigasi Bencana dengan Al-Qur’an
( In Syaa Alloh di postingan
selanjutnya ).
Kadang pas ngisi mentoring dan kumpul bareng temen-temen
pelajar, atau saat ngobrol dengan temen-temen non geografi, aku selipkan beberapa ilmu geografi, kayak
terjadinya hujan dan bumi ini yang ternyata udah ada di Al-Qur’an jauuuuuh sebelum
peneliti mengetahuinya.
Ah… tapi, masih belum cukup
Dan masih
ada yang mengganjal
selama ini aku hidup di lingkungan geografi, tapi aku merasakan kebutaan.
selama ini aku hidup di lingkungan geografi, tapi aku merasakan kebutaan.
Iya, buta
Kami tau proses pembentukan gunung, terjadinya tsunami,
bagaimana matahari bisa bersinar, bagaimana semesta alam ini bisa tercipta,
bahkan geographer bisa “meramalkan”
kejadian di “masa depan” dan mengetahui apa saja yang terjadi di masa lalu
dengan ciri-ciri di alam, tapi kadang kami
buta
Kami hanya merasa takjub pada fenomena alam dan prosesnya,
tapi kami tak merasa lebih takjub pada yang menciptakannya. Kami lupa padaNya !
Harusnya, mahasiswa geografi adalah mahasiswa paling sholeh
sholehah ( buat yang Muslim) dan jadi yang paling taat pada agama kami
masing-masing. Kami belajar agama dari kecil, mengkaji ayat-ayatNya, lalu di
geografi, kami membaca ayat-ayatNya melalui alam. Bahwa sesungguhnya, semua
yang ada dalam kitabNya, adalah nyata dan benar. Tapi kenapa, keraguan dan
ketidakpatuhan masih ada?
Masih ada yang
mencontek saat ujian, masih ada yang malas-malasan sholat, ngaji, bahkan ada
yang apatis dan sinis terhadap golongan mahasiswa lain yang dianggap “sok alim”.
Ini beneran terjadi. Dan mungkin, aku termasuk ke dalam salah satunya? Na’udzubillah…
Pas banget, saat aku nulis tulisan ini, aku dengerin lagunya Raihan yang berjudul God is The Light. Ada lirik yang mengena buat kami, yang katanya anak gunung atau anak bumi alias ranger ini :
How great the beauty of the earth and the creatures who dwell on her
How great - then how great The
Creator ?
( Betapa elok indahnya bumi dan semua kenampakan yang ada padanya. Betapa hebatnya, lalu betapa lebih hebat yang menciptakannya, Sang Pencipta)
( Betapa elok indahnya bumi dan semua kenampakan yang ada padanya. Betapa hebatnya, lalu betapa lebih hebat yang menciptakannya, Sang Pencipta)
But how many eyes are closed to the wonder of this night ?
Like pearls, hidden, deep beneath a dark stream of desires
( tapi betapa banyak mata yang tertutup akan keindahan malam
layaknya mutiara, terkubur, jauh di dalam aliran gelap hasrat)
layaknya mutiara, terkubur, jauh di dalam aliran gelap hasrat)
Semesta ini menakjubkan kawan, dengan segala dinamisasinya, yang kadang tak terduga
Ketika kita merasa bahwa semesta ini begitu hebat, bukankah
seharusnya kita merasa Yang Menciptakan justru jauuuuh lebih hebat?
Ibarat saat kita melihat film yang bagus, kita pasti
bertanya-tanya siapa sutradaranya?
atau ketika kita mendengar lagu dengan lirik-lirik yang indah, siapa yang menciptakannya?
ketika melihat lukisan yang hebat, siapa pula yang melukisnya?
atau ketika kita mendengar lagu dengan lirik-lirik yang indah, siapa yang menciptakannya?
ketika melihat lukisan yang hebat, siapa pula yang melukisnya?
Tapi kenapa, ketika kita belajar tentang bumi dan jagad raya,
kadang lupa untuk sekedar bertanya, siapa yang menciptakan dan menggerakkan
semua ini, jikalau bukan Alloh, Tuhan Semesta Alam, Rabbil’aalamiin
Semoga kami benar-benar bisa menjalani tujuan hidup kami di
dunia, terutama sebagai umat Muslim, yaitu : beribadah dan sebagai khalifah (Adz-Dzariyat
: 56 dan Q.S. Al-Baqarah: 30 ).
Mahasiswa geografi harusnya bisa melaksanakan
dua-duanya, ngibadah dan menjaga indahnya alam ini… ( jadi nyanyi lagunya Riham
)
It’s a note to my own self, catatan untuk
diriku sendiri, biarkan diri yang terlena ini tertampar hingga sadar bahwa
selama ini kuliah, sebenarnya aku belajar ilmunya Alloh, mengkaji apa yang Dia
ciptakan, agar keimanan bertambah, bukan berkurang atau banyak mengeluh saat
berjuang…. Hiks *mewek*
jangan sampai seperti ini:
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia
ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati
mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta” ( Q.S. Al-Baqarah : 7-10 )
Emang nggak cuma geografi sih, semua disiplin ilmu kalau dirunut,
pasti juga kembalinya ke Alloh Ta’ala, so,
mari kita berjuang lewat disiplin ilmu kita masing-masing, jangan sampai
sia-sia kuliah kita, lelah kita, malam-malam begadang ngerjain tugas kita,
nilai-nilai yang lama keluar…. Lah, malah curhat -_-
4 comments:
Banyak muslim yg bersembunyi dibalik kata2: Dalam al-Quran udah ada itu. Mrk menyampaikan kebenaran tetapi tdk melakukan penelitian utk menjelaskan kebenaran tersebut. Ketika ilmuwan non muslim "akhirnya" menemukan dan membuktikan kebenaran al-Quran dan memanfaatkan pengetahuan tsb yg mewujud dlm bentuk ilmu praktis dan teknologi, sebagian dr kita (baca: muslim) masih saja menggunakan kata2 td. Ketika kemudian hasil temuan tersebut dijadikan teori utk menciptakan teknologi terbaru dan dikomersialisasikan maka akhirnya kita-semua hanya menjadi konsumen pasif. Untungnya saat ini banyak ilmuwan, peneliti muslim. Semoga yg punya blog ini menjadi kelompok kedua tadi: ilmuwan muslim yg tangguh dan kemanfaatannya dirasakan semesta
tumben dah komentarnya halus gini
ho'o mas, masih jadi konsumen pasif, hiks...
aamiin Ya Rabb
Udah 4 tahun ini gw terlibat di olimpiade sains siswa nasional dan guru. Banyak ilmuwan2 muslim cilik yg potensial. Walo kadang blm seimbang antara IQ dgn kecerdasan lainnya. Peraih medali emas kadang kayak orang linglung dan gagap saat berinteraksi dgn orang lain. Mudah2an seiring waktu, keseimbangan kecerdasan mrk terbentuk. Kebetulan 2 tahun lalu berkesempatan bertemu dan berdiskusi dgn ilmuwan virus. Ahli virus. Dialog soal teori konspirasi yg berkaitan dgn virus flu burung etc. Banyak hoax di dunia maya yg ditelan mentah2 oleh kaum muslim hingga menjadi anti vak misalnya. Juga diskusi ttg perlawanan dia melawan perusahaan farmasi. Cukup memberi pencerahan buat gw. Terutama bicara ttg skala perlawanan. Gw lbh bnyak di bidang pendidikan sebatas kemampuan, dia lebih luas lagi. Dunia. So, kadang kl bertemu mahasiswa yg skeptis dan pragmatis gw melihat dunia itu sempit. Dan sayangnya, gw juga nggak minat utk memperluas dunia mereka. Tidak semua orang senang diberi pencerahan :-) So, apakah penulis blog ini menjadi individu yg mengikuti arus ato memiliki potensi lbh dr sekedar mahasiswa biasa? Waktu yg menjawabnya seiring seberapa kuat visi kelahiran di dunianya :-)
hahaha, do'ain yg baik2 dong mas..
udah bikin blog belum nih?? mbok dishare tuh pengalamannya, biar yang lagi butuh pencerahan, bisa mampir ke blognya mas Alvein. Jangan disimpen sendiri ceritanya :p
oiya, makasih mas kiriman pdf di email :D lupa bilang
Post a Comment