Baiklah, setelah UTS hampir selesai
dan tugas-tugas sedikit berkurang, mari lanjutkan menulis. Kali ini nglanjutin
postingan sewaktu di Makassar ( next time cerita yang di Bali dengan kekonyolan
yang tak kalah konyol #oposih ).
Pada episode sebelumnya ( ceileh ), kami
udah sampai di Unhas dan diantar pak satpam menuju Rusunawa. Setelah dapet
kamar, kami, dua cewek udik, dekil, dan kelaperan ini segera mandi. Sekitar
pukul 8-an kami berencana mencari sarapan. Kami iseng-iseng keliling kompleks
Unhas yang jaraknya Subhanalloh banget. Udah laper, jalan kaki cari makan, Alhamdulillah..
nikmatnya. Pas nyampe di warung-warung ( mungkin kalo di Jogja bisa disebut
burjonan ), kami masuk dan mau beli nasi. Tapi, semua warung berkata :
“Nasi matang jam 11”
What???? Kenapa pada kompak gitu
mateng nasinya???
Perut mana yang tahan nih? Walhasil
kami membeli roti yang merknya aneh dan mencurigakan rasanya di toko kelontong.
Sampai di kamar, aku menyeduh kopi ( bawa satu ronteng, karena biasanya kalo
lomba kayak gini, malem sebelum presentasi pasti begadang bahas PPT -_-“
#kebiasaanJelek ). Dan kami pun dengan penuh rasa syukur makan roti sambil
dicelupin ke kopi :”)
Then, kami jalan-jalan keluar, eh ada rombongan dari Unsoed. Waktu itu sih kita belum kenal, jadi agak cuek gitu. Padahal setelah kenal, kami jadi akrab banget ampe sekarang. Kami berdua pun duduk2 di depan rusunawa sambil nyari kutu #eh ga dong. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan kami, kinclong. Keluarlah bapak-bapak paruh baya. Singkat cerita kami naik mobil bapak itu karena beliau berkata akan mengantarkan kami mencari makan ( pasti gara-gara liet ekspresi kami yang mengenaskan #fufufu ). Beliau ini salah satu dosen dari Unhas yang jadi panitia LKTM. Kami diantar keliling2 Unhas lagi dan sampailah di kompleks burjonan depan Unhas yang ramai. Di sana banyak banget , kami ampe bingung. Akhirnya setelah sholat istikhoroh ( nggak deng ) kami memutuskan untuk membeli.. jeng.. jeng.. nasi kuning. FYI, di Makassar itu porsinya luar biasa buanyak, bisa 3x porsi makan ku biasanya. Jadi, nasi kuning untuk sarapan sekaligus makan siang. ( nggak penting kik, terserah mau makan apa ).
Then, kami jalan-jalan keluar, eh ada rombongan dari Unsoed. Waktu itu sih kita belum kenal, jadi agak cuek gitu. Padahal setelah kenal, kami jadi akrab banget ampe sekarang. Kami berdua pun duduk2 di depan rusunawa sambil nyari kutu #eh ga dong. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan kami, kinclong. Keluarlah bapak-bapak paruh baya. Singkat cerita kami naik mobil bapak itu karena beliau berkata akan mengantarkan kami mencari makan ( pasti gara-gara liet ekspresi kami yang mengenaskan #fufufu ). Beliau ini salah satu dosen dari Unhas yang jadi panitia LKTM. Kami diantar keliling2 Unhas lagi dan sampailah di kompleks burjonan depan Unhas yang ramai. Di sana banyak banget , kami ampe bingung. Akhirnya setelah sholat istikhoroh ( nggak deng ) kami memutuskan untuk membeli.. jeng.. jeng.. nasi kuning. FYI, di Makassar itu porsinya luar biasa buanyak, bisa 3x porsi makan ku biasanya. Jadi, nasi kuning untuk sarapan sekaligus makan siang. ( nggak penting kik, terserah mau makan apa ).
Aku agak lupa setelah itu ngapain,
kayaknya keesokan paginya kami udah presentasi di hadapan juri. Tapi, malemnya
ada kejadian luar binasa. Si Ipung tiba-tiba dateng ke Makassar, dijemput ama
Si Batara, temen kami di Unhas. Batara endegeng ( Arif dan Kamil ) juga
termasuk salah satu finalis, tapi mereka di bidang sosial-ekonomi. Jadilah malam
itu malam terkacau. Selain disebabkan oleh beberapa “kesalahan” dalam persiapan
presentasi, ditambah Ipung yang kecapekan dan kumat penyakit “nggak mau ngomong”-nya,
gara-gara masalah cinta nih #hadeh. Walhasil daku dan Weni mengedit PPT sampai
pukul 3, padahal besok presentasi jam 7 ( Gusti Alloh mboten sare (*_*)9 ).
Keesokannya, aku dan Weni udah necis
pake jas almamater, dan Ipung dengan polosnya bilang bahwa dia nggak bawa jas.
Ya Rabb, bagaimana bisa ini terjadi??? Padahal peserta diwajibkan memakai jas
almamater. Akhirnya dia pakai baju lapangan geografi -__-“
Aku lupa lagi dapet giliran maju
nomer berapa, yang jelas, saat melihat tim lain presentasi, karya tulis mereka
kimiawi banget. Ada reaksi-reaksi segala macem, berhubung aku udah bukan
anak IPA lagi ( haha ), jadi agak
gimana gitu. Dibandingkan dengan karya tulis kami yang teknikiawi ( teknis
banget:red ). Akhirnya, tibalah giliran kami maju, bla cla dla..
Setelah mendapat pertanyaan dari 4
atau 5 juri dan berhasil dijawab dengan nalar ala kadarnya, ditambah ketua
jurinya mirip banget sama Bapakku..
Bapaaaaakkkk #eh
Setelah itu diumumkan juara, meski kami tidak masuk 3 besar, ternyata kami juara 5. Juara 1 Unibraw, Juara 2 Unhas, Juara 3 dan 4 Unibraw lagi. FYI, Unibraw ini dikenal sebagai “pemborong piala” sekaligus memiliki karya tulis dengan kualitas luar biasa. Jujur, mereka ahli dan kelihatan banget persiapannya matang. Beda banget sama kami.. #ngenes. kaget juga sih, kami bisa unggul di atas unsoed dll dan skor beda sedikit dengan Unibraw yang juara 4, padahal karya mereka kimiawi dan kelihatan lebih riil dari karya kami. Allohu Akbar : )
Di sana dapet banyak kenalan, kalo
disebutin satu persatu ntar jadi satu postingan sendiri ( gaya banget ). Malemnya,
kite jalan-jalan ke Pantai Losari, ama beli oleh-oleh. Maaf ya, oleh-oleh Cuma buat
orang-orang special dan tuntutan organisasi ( Litbang dan PPO Hima thok
yang dapet :p ). Di Pantai Losari kita poto2 bareng, hiks. Kita juga makan Pisang Epe ( kayaknya namanya itu deh), pas baca daftar rasa (harga juga cukup
murah, 5000 perak dapet 3 ) dan menemukan “COKLAT”, langsung pesen
ke Kamil #eh berhubung dia tuan rumah, jadi dia endegeng ‘melayani’ tamu dengan
baik sekali : ) . Setelah aku makan, rasanya @#R%@^#$@T# terlalu manis
-__-“ dan nggak abis saking enegnya. Maaf Ya Rabb.
Sebelum berangkat ke Losari, kita
flashback nih, Ipung, Weni, aku, Arif, Kamil, dan Batara rencana mau nyusul ke
Pantai tapi naik motor. Yang lain naik bus gitu. Tapi nggak boleh : ( padahal
pengen banget naek motor. Ada lagi yang konyol, Weni ninggal kunci di dalem
kamar sebelum kami presentasi dan kamar otomatis dikunci dari luar oleh
penjaga. Plus penjaganya udah pulang malam itu. Njuk piye jal? Akhirnya ada
mas-mas yang manjat jendela kamar kami, dan ngambil kunci sekaligus bukain
pintu. Waaah, supermen. Alhamdulillaah. Cubiiiit Weni 🫵ðŸ˜
Keesokan paginya, kita ke Bantimurung.
Masya Alloh.. ilmu geologi dan geomorfologi yang selama ini hanya kami pelajari
lewat diktat dan internet, bisa kami pelajari sekali lagi di laboratorium alam :
) di Bantimurung, bentukan lahannya berupa karst, jadi ada air terjun yang
indaaaah banget ditambah ada Gua Batu ( aku dan Weni bikin film documenter jadi-jadian
gitu, seolah-olah kami presenter Jejak Petualang, alah ). Oiya, sebelum Bantimurung,
kami melewati Goa Leang-Leang, yang pernah aku baca di buku sejarah, dimana
terdapat cap tangan para manusia goa pada zaman prasejarah dahulu. Uwoooo..
Mbak Adi sebagai tour guide, sekaligus finalis dan juara 1 LKTM bener-bener
ngasih ilmu dan info buanyak banget ke kami. Dan memang yang keliatan interest
sama hal begituan cuma kami geografi dan beberapa anak aja -__-“ di dekat
Bantimurung juga ada pegunungan karst, yang kata Mbak Adi semakin rusak
gara-gara aktivitas pertambangan. Sama kayak di Gunung Kidul nih, duh jadi
inget karya tulis yang dulu dengan tema karst gunung kidul T__T kapan bisa
terealisasi penyelamatannya ya.. hemmm..
Oiya, di Gua Batu, hanya aku dan Weni
yang masuk ( ini goa masih sepi, penjaganya juga cuma satu ). Cowok-cowok pada
nggak berani kecuali Mas Feri dan Mas ( aku lupa namanya. Oke kita sebut Mas A
). Akhirnya kami berempat, setelah menyewa senter 20rb ( mahal, tapi nggak
apa-apa, demi pariwisata lokal dan memberi rejeki #ceileh ) segera menjelajahi
Gua Batu. Guanya hampir sama kayak pas PLG ke-2 di Gunung Kidul. Aku dan Weni
salah kostum. Kami pake rok dan sepatu cewek #eh. Jadi agak ribet pas masuk ke
dalem Gua yang ada sumber airnya karena guanya sempit dan harus menunduk bahkan
hampir merangkak. Berani kotor itu baik, kata iklan. Jadi, apa boleh buat, baju
kami terkena bercak-bercak lumpur. But, It was sooooo much super duper extra
fun inside the cave. This is Geography : ) And it’s the one of His Greatness..
: ) berhubung kami belum beli oleh-oleh buat Dosbing ( Dosen Pembimbing ), jadi
kami beli di sana deh.
Malemnya kami bingung mau pulang
kapan. Si Ipung pulangnya misah (lagi). Sungguh, ia sebagai seorang lelaki tega
membiarkan kami, dua wanita polos ini berkelana sendiri ke luar Jawa. Lelaki macam
apa kau Pung? ( dramatisasi.com ). Akhirnya, setelah mendapat tiket pulang+ngutang
lagi ke Baizil ( so many thanks for you Bai, kamu dapet oleh2 triple dari kami
:D ), malemnya kita packing. Aku mendadak terserang flu dan agak demam plus
pilek. Tapi, Mbak Adi ngajakin kami pergi makan ama belanja oleh-oleh jadi
mendadak sakitnya berkurang #lah. Dia ngajakin kami berbanyak ( udah pada
akrab dan hampir pulang, berpisah, hal yang paling bikin nyesek ) makan Mie
Titi. Bayanganku sih cuma kayak mie ayam. Tapi, mie titi ini mie-nya kayak mie
kering ( kalo pas TK dan SD pernah makan snack merk “Mami” ya seperti itulah. Mie
kriuk-kriuk ) disiram sop berisi ayam dan sayur. Dan nafsu makanku mendadak
lenyap setelah tau bahwa kuah dari sop itu adalah putih telur : | kentheeel
banget. Dan aku nggak habis. Selain porsinya juga triple. Setelah itu, kita belanja oleh-oleh berupa kacang disco, jadi kalo makan
kacang ini bisa bikin ajeb ajeb gitu ( yo nggak lah !).
Keesokan paginya, sehabis subuh, aku
membangunkan Batara endegeng yang berjanji akan mengantarkanku dan Weni ke
bandara. Sampai di bandara Hasanuddin
kami masih sempet foto sebelum check in. hiks… kami cowok-cowok cool pose di
depan bandara gitu ( ehm, aku dan Weni cewek deng ).
Arif, Weni, Me, Batara
Setelah sampai di Surabaya (cepet
banget), naik taksi menuju stasiun Wonokromo. Yeyeye, keturutan deh naik kereta
: ) meski harus menunggu 6 jam karena kereta menuju Jogja jam 3 sore -_- FYI,
kapok makan soto di stasiun karena nggak cocok di lidah. Setelah sampai Jogja,
kami dijemput oleh Lutfi dan Ipung. Iya, Ipung udah nyampe jogja duluan.
Nyebelin kan?!
Berakhirlah cerita kami di kost Lutfi, dimana Mbak Dybora juga ada di sana gara-gara pengen nonton konser Boyband Korea ( maaf aku lupa namanya apa –“) meski ujung-ujungnya tetep tepar semua. Hehehe..
Terimakasih untuk teman-teman yang
menolong kami, Lutfi yang udah jemput, minjemin duit, rela kostnya dijadiin
pengungsian. Kikik, yang selalu “memantau” dan yang bikin kami nggak salah naik
gerbong kereta ( hampir aja salah kalo nggak diingetin ). Ganang selaku pak Kabid yang perhatian banget ama kami. Baizil yang selalu mewanti-wanti buat
nggak telat check in dan ikut memantau perkembangan kami.. dan temen-temen lain
yang memberi dukungan lewat sms ketik REG ( nggak deng ) dan mendoakan kami
(emang ada? :p )
Buat universitas dan fakultas, kalau
mahasiswa dituntut berprestasi, konsekuenlah dengan pengadaan dana dan
kemudahan birokrasinya. Jangan dipersulit mulu : ) love you..
Ada Mas Umar ( Unsoed), Mbak Rose dan Mbak satunya lagi lupa dari Unair ( ampun mbak.. ), me, ada Tiyo dan Mas Warsono dari Unsoed, Intan ( Unsoed ) dan Weni. Lokasi di Air Terjun Bantimurung. Kereeen banget Masya Alloh.. air terjunnya indah : )
Ada Mas Umar ( Unsoed), Mbak Rose dan Mbak satunya lagi lupa dari Unair ( ampun mbak.. ), me, ada Tiyo dan Mas Warsono dari Unsoed, Intan ( Unsoed ) dan Weni. Lokasi di Air Terjun Bantimurung. Kereeen banget Masya Alloh.. air terjunnya indah : )
Ini bareng Mas Feri dari Unsoed juga, eh Aa' ya manggilnya #halah Sunda teuing atuh.
Lokasi : Gua Batu, Bantimurung
Tuh senter yang ku pegang, nyewa satu 20rb lho :D
ada Kamil dan Arif, sohib kita dari UNHAS :)
so, di Bantimurung, deket Gua pun, Burjonan tetep eksis !
meskipun mie goreng harganya 4000 satu porsi -_-"
finally, ada mbak Adi anak Kelautan Unhas sekaligus jurnalis+ traveler gokil dan juga Batara, sohib kita
yang obsesi berlebih terhadap Jebraw -_-
UNY, UNAIR, UNSOED, UNHAS bersatu yeahhh..
Lokasi : Gua Batu, Bantimurung
Tuh senter yang ku pegang, nyewa satu 20rb lho :D
ini air terjunnya kalo diliet dari atas, di bawah kayaknya si Tiyo mau maen adegan Titanic gitu -_-"
ada Kamil dan Arif, sohib kita dari UNHAS :)
so, di Bantimurung, deket Gua pun, Burjonan tetep eksis !
meskipun mie goreng harganya 4000 satu porsi -_-"
finally, ada mbak Adi anak Kelautan Unhas sekaligus jurnalis+ traveler gokil dan juga Batara, sohib kita
yang obsesi berlebih terhadap Jebraw -_-
UNY, UNAIR, UNSOED, UNHAS bersatu yeahhh..
THE END..
Postingan di Bali segera menyusul.
Insya Alloh memori PLG mulai dari Dieng hingga Pangandaran, dan Suku Osing
besok akan dituangkan ke dalam kata-kata juga..
0 comments:
Post a Comment