MAHASISWA SAMPAH !
SAMPAH
SAMPAH
DAN SAMPAH
Mahasiswa sampah di sini bukan
berarti mahasiswa dengan IP rendah. Mahasiswa sampah juga bukan mahasiswa yang
terlalu teoritis tanpa aplikasi praktis. Mahasiswa sampah juga bukan mahasiswa
yang kuliah lalu pulang ke rumah. Mahasiswa sampah adalah mahasiswa yang
membuang sampah sembarangan. Simple. Mungkin secara kebahasaan, makna mahasiswa
sampah akan berbeda. Namun, itu bukan masalah karena diksi tiap orang untuk
mengungkapkan sesuatu berbeda. Masalah utama adalah mahasiswa yang terlalu
genius sehingga malas untuk membuang sampah di tempat sampah.
Genius.
Mahasiswa, apalagi di kampus
pendidikan. Kampusnya para calon guru. Tempat orang-orang yang katanya civita
akademika bernaung. Tempat dimana pendidikan karakter digembargemborkan. Universitas
yang ternama, bahkan se-Indonesia. Tetapi, faktanya, mahasiswanya terlalu
berkarakter, sehingga mereka ti dak tega untuk membuang sampah di tempat
sampah.
Jumat (28/9/12), tepat menjelang
sholat Jumat, kebetulan saya mencari tempat “nongkrong” di sekitar sebuah
fakultas. Lewat di depan kasubag, terdapat tangga yang menuju ke taman. Ciyuss?
Miapah? Anehnya, di tangga dan di sekitar taman tersebut berserakan
kardus-kardus makanan (tapi makanannya sudah habis -_-) beserta bungkus-bungkus
plastic sisa sebuah acara. Anehnya lagi, mahasiswa yang duduk di sampingnya
maupun yang lewat di sekitar lokasi itu hanya melihat, menatap, berdecak, hingga
tak acuh. Hebat, dari sekian banyak mahasiswa di fakultas tersebut tak ada yang
mau membuang sampah-sampah itu. Padahal, di sekitar dekanat, saya menghitung
ada lebih dari 10 tong sampah. Jarak antara sampah dengan tempat sampah pun tak
seberapa jauh, hanya sekitar 2 meter saja. Atau, masih ada di pikiran mereka
bahwa tanggung jawab sampah ada di pundak bapak-bapak dan ibu-bu pertugas
kebersihan? Luar biasa yang namanya mahasiswa.
Gambar. Letak tempat sampah sangat
dekat, namun masih saja ada sampah yang “tertinggal”
Gambar-gambar tersebut fakta. Bukan
bermaksud menjelekkan citra kampus atau fakultas tertentu. Hanya ingin
“menampar” para mahasiswa termasuk saya sendiri bahwa sebenarnya untuk
mengaplikasikan ilmu yang kita peroleh tak perlu jauh-jauh. Dari yang dekat dahulu.
Buktikan bahwa “omongan” kita di “jalan” , di saat diskusi-diskusi di dalam
kelas tidak sekedar bualan semata. Terbuang sia-sia. Tunjukkan, bahwa mahasiswa
itu benar-benar agent of change dan mampu melakukan tindakan nyata. Tak absurd.
Perubahan besar dimulai dari hal yang kecil bukan?
Saya selalu ingat perkataan seorang
dosen, bahwa memungut sampah itu ladang pahala.
Jadi, tidak perlu malu. Kata-kata itu beliau ucapkan saat saya Ospek 2010
alias menjadi maba, dan saat menjadi moderator ospek maba 2011. Kata-kata itu
langsung mengendap di pikiran dan sampai ke dalam hati.
Dari situlah, saya yang masih
berstatus mahasiswa malu semalu-malunya. Malu, karena kontribusi saya sebagai
mahasiswa baru sebatas mungut memungut. Mungkin, bagi teman-teman yang hobi
meneliti atau membuat PKM, semoga bisa memecahkan masalah tersebut ya
: )