image

Nilai, Nilai, dan Nilai !



Masih nyambung dengan postingan sebelumnya, di mana aku berasa didzalimi karena pernah dapet nilai jelek atas tugas kuliah yang pernah ku buat dengan payah ( payah, maka-nya nilai jelek *pft ). Meski begitu, aku nggak pengen jikalau kelak jadi guru atau dosen, terus semena-mena ngasih nilai ke siswa atau mahasiswa. Jangan Ya Alloh...

Jadi keinget pas praktik mengajar di sekolah kemaren. Layaknya guru yang lain, aku sering ngasih tugas ke murid-muridku yang kece. Tapi, aku coba supaya agak beda. Tugas dikirim lewat fb/email [ alesannya sih paperless, selain males juga bawa tumpukan tugas ke rumah, wehehehekkk *dikejar murid].

Terus, tugas lebih bersifat analitik. Teori cukup disampaikan di kelas. Gampang sih. Mereka juga seneng. Apalagi yang tugasnya dapet nilai bagus [3 orang yang beruntung], selalu aku kasih coklat 2 bungkus. Hihi.

Selain itu, ulangan harian yang biasanya pilihan ganda semua, sengaja aku banyakin essay. Biar kemungkinan terjadinya percontekan kecil dan mereka bisa lebih ‘mikir’. Sebab, soalnya pun analisis semua. Hohoho.

Dilemma Pendidikan Indonesia by Rhenald Kasali



Sebuah tulisan yang sangat menginspirasi. (Dari sebuah sumber)
Check this out!

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat.
“Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia”, jawab saya.
Dia pun tersenyum.

Pages

 

Lorem ipsum

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Donec libero. Suspendisse bibendum. Cras id urna. Morbi tincidunt, orci ac convallis aliquam, lectus turpis varius lorem, eu posuere nunc justo tempus leo. Donec mattis, purus nec placerat bibendum, dui pede condimentum odio, ac blandit ante orci ut diam.