image

kaum minoritas saat UAS


NB :
Postingan yang telat diposting -,-“


Alhamdulillah,
UAS tlah berakhir.. UAS tlah berakhir.. hore.. hhore.. hohoreee… (syair : Tasya-Libur Telah Tiba :D)

Selalu dan selalu ada hal yang wajib disyukuri termasuk sebelum, saat, dan sesudah UAS.
Namun, ada juga hal yang selalu dan selalu disayangkan.

Cheating alias mencontek..


Kita terlalu memaklumi hal ini sebagai sebuah budaya. “ah, ini ‘kan budaya Bangsa kita”.
Pantas saja korupsi susah dihilangkan, bibitnya saja selalu tumbuh subur dimana-mana. Dan payahnya, kita terlalu menganggap sepele dan cuek pada hal ini.

Aku bukanlah orang suci yang belum pernah mencontek. Aku pernah mencontek waktu SMA. Dan itu menunjukkan bahwa aku bertambah bodoh ! Minder ! munafik !
Puas mencaci diri sendiri. Hahaha.. sebab, mencontek membuatku sakaw. Ketagihan terus menerus. Satu hal yang membuatku insyaf adalah : aku merasa otakku kosong.

Ya, kosong. Materi yang diajarkan guru tak masuk, apalagi geografi :P. Mental. Catatanku sia-sia. Aku merasa sangat bodoh sebab aku tak paham ilmu yang kupelajari. Aku hanya mendapat nilai, namun tak mendapat ilmu. Otakku seakan ruang kosong yang hanya penuh dengan sarang laba-laba.

Alhamdulillah, Alloh segera memberiku P3K P (Pertolongan Pertama Pada Korban Percontekan). Kapok. Itu satu-satunya kata yang bisa aku ungkapkan. Meski godaan itu selalu muncul saat melihat teman-teman lain asyik membuka buku dan ber-sms ria di tengah ujian. Setan emang pinter. Tapi, Alloh melindungiku. Dipalingkan mataku dari mereka :D bahasa lainnya aku dibikin ngantuk. Jadi, kalau sudah mentog gak bisa ngerjain, biasanya aku tidur-tidur ayam :D

Bahkan, saat ujian Nasional, aku menjadi salah satu kaum minoritas yang tidak membeli jawaban unas. Sekaligus menjadi korban pengucilan oleh teman-teman yang membeli jawaban. Lucu sekali. Harusnya kan kami yang memusuhi mereka -__-“

Menjadi mahasiswa pun, tak beda jauh. Dulu aku kira, ujian di bangku kuliah sangat ketat. Ternyata, aku salah besar. Terlalu berbaik sangka. Sama saja. Bahkan lebih parah. Apalagi di universitas yang isinya mendidik calon guru. Calon guru mencontek? Akan jadi apa muridnya kelak? Koruptor? Na’udzubillah.

Aku selalu besyukur jika duduk paling depan saat ujian. Hal  itu berarti aku bisa focus mengerjakan soal tanpa ada “panggilan emergency” dari teman-temanku. Lega.

Namun, bila duduk di tengah atau di belakang. What the hell.

Aku memang dikenal pelit memberi jawaban, karena memberi jawaban juga termasuk dosa. Analoginya, saat korupsi. Si A bekerja sama dengan Si B untuk korupsi. Tentu saja Si B juga dosa kan? Hal itu berlaku juga dengan percontekan. Sayangnya, kita terlalu menyepelekan hal itu..
  
Hal yang paling aku benci adalah saat banyak para mahasiswa yang katanya akademisi melakukan diskusi atau debat atau bahkan demo. Tema-nya mengenai korupsi, money politic, penjualan asset Negara, dan sebagainya. Padahal mereka sama bejatnya. Apa bedanya orang yang korupsi dengan orang mencontek? Mereka sama-sama menipu.

Mungkin, orang yang menganggap sepele akan berkata “maklum, masih muda”
Atau
“ah, kita kan baru mahasiswa, kalau jadi pejabat ya gak akan korupsi lah.”
Atau
“kita kan tidak merugikan orang lain. Kalau mencontek, ya kita sendiri yang rugi”.

All is bull.

Mengapa mereka mau merugikan diri mereka sendiri? It’s the most stupid thing I’ve ever heard!
Bagaimana mereka bisa menjamin dirinya akan “bersih” ?

Kita tak akan bisa menjaminnya. Orang baik saja bisa terjerumus ke dalam kejahatan, apalagi orang yang sudah jahat dari awal.

Insyaf memang bukan hal mustahil. Namun, untuk mendapat “insyaf” dibutuhkan KESADARAN.
Sudah sadarkah kita?

Kalau ingin menjadi pemimpin, buktikan dari sekarang. Tidak hanya berkata-kata saja. Mulailah dari hal yang kecil. Sebab, dari hal yang kecil, segala hal besar bisa terjadi.

Sebab kita awalnya hanyalah sel kecil yang tumbuh menjadi manusia utuh.
Apakah hidup kita akan kita sia-siakan seperti ini? Fa bi ayyi ala i robbikuma tukadziban (Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kau dustakan?)

Jika mahasiswa ingin perubahan, mulailah merubah diri sendiri. Jangan selalu salahkan orang lain. Berkacalah.
Buatlah minoritas kejujuran menjadi mayoritas. Dan itu dimulai dari diri kita sendiri.
Kalau bukan kita, siapa lagi??

0 comments:

Post a Comment

Pages